Skip to main content

Habiskan saja gajimu!



Summary buku Habiskan saja gajimu by Ahmad Gozali

"Saya sih gak merasa perlu untuk ngatur uang, mengalir saja seperti air. Kalau repot-repot ngatur uang, nantinya malah jadi pelit, harus hemat segala macem. Apa-apa juga pake perhitungan."

Biasanya kalau terjadi kasus kecelakaan motor, pengemudi tidak lebih parah dari penumpangnya. Kenapa? Karena si pengemudi berada dalam kondisi memegang kontrol. Sama kaya di kehidupan kita, persoalan keuangan emang gak bisa dihindari. Tapi kalau kita memegang kontrol, mungkin kita punya kesempatan lebih besar untuk "selamat" dibandingkan yang gak. Get it? :)

Apa sih masalah keuangan yang sesungguhnya? Kekurangan uang atau kesalahan pengaturan uang? Mungkin yang pertama, tapi sebenernya lebih ke yang kedua. Yang membuat kita kesulitan membiayai pengeluaran adalah bukan karena kita kekurangan uang, tapi karena uangnya sudah terlanjur kepakai. Yakaan :p

Kebanyakan orang melakukan pola menyisakan uang untuk mengatur keuangannya. Padahal itu mindset yang salah karena sesungguhnya kita harus menghabiskan uang. \:D/

Mana yang lebih mudah dilakukan?

  • Menyisakan uang atau
  • Menghabiskan uang
Mana yang lebih menyenangkan dilakukan?
  • Menyisakan uang atau
  • Menghabiskan uang
Mana yang lebih sering gagal dilakukan?
  • Menyisakan uang atau
  • Menghabiskan uang
Oke udah punya jawabannya masing-masing kan? Itulah sebabnya kenapa mengatur uang dengan cara menyisakan uang itu menjadi sulit, karena hal itu sama sekali gak menyenangkan dilakukan. Dan selama ini melakukannya dengan terpaksa. Kita menerapkan pola pikir yang salah dalam mengelola keuangan. Bahwa mengatur uang itu "harus sisa".

Setiap mau membelanjakan uang, selalu ada bisikan mistis yang bilang gini: "Jangan habiskan, harus sisa.. Jangan habiskan harus sisa.." Gimana gak stress tuh? Belanja jadi gak nikmat, ngatur uang jadi gak menyenangkan.

Uang diciptakan untuk dibelanjakan, bukan disimpan atau disisakan. Jika tujuan dalam mengelola keuangan adalah menyisakan uang, secara otomatis alam bawah sadar kita akan berusaha menyabotase hal ini. Jalan yang diambil tidak menyenangkan karena ada sejumlah pembatasan. Tapi, kalau tujuannya menghabiskan uang, pikiran bawah sadar kita akan menyetujui dan mendukung jalan yang menyenangkan ini. Diatur atau tidak toh uang akan tetap habis. Jadi lebih baik kita fokus gimana caranya ngatur uang dengan cara menghabiskan uang...
di jalan yang benar. Nahhh.

MENGHABISKAN uang di jalan yang BENAR.

Jadi pengeluaran itu di kelompokkan menjadi 4 macam.
  1. Pengeluaran yang bersifat sosial
  2. Pengeluaran untuk cicilan hutang
  3. Pengeluaran untuk saving
  4. Pengeluaran untuk shopping (kebutuhan sehari-hari)
Oke kita mulai mengatur uang secara sederhana.

1. Siapkan amplop

2. Siapkan penghasilan kita di atas meja. Kalau bisa sudah dipecahkan ke 50, 20, 10 ribuan.
3. Ambil kertas dan pulpen. Rencanakan setiap pengeluaran yang mau kita keluarin.
4. Contoh: zakat 2.5 % dari pengeluaran, Cicilan hutang 30% (misalkan untuk cicilan motor), saving 10%, sisanya buat kehidupan sehari hari.
5. Naah persentase itu flexible aja. Yang penting konsisten dan setiap pos pengeluaran ada yang disisihkan.
6. Masukan setiap pengeluaran tersebut ke dalam amplop amplop tersebut. Ini kita lakukan di detik pertama ketika mendapatkan penghasilan.
7. Setelah 3 penghasilan utama seperti zakat cicilan hutang dan saving sudah aman kita sisihkan, kita bisa dengan mudah menghabiskan uang untuk kehidupan sehari hari tanpa ada rasa guilty.
8. Inilah konsep kelola uang dengan cara kanan. Invest right after you get your income. Artinya berinvestasilah langsung setelah menerima penghasilan.
9. Nah jika kita mengikuti contoh persentase di atas, kita punya 57,5 % penghasilan yang siap dihabiskan tanpa rasa berdosa karena tabungan hutang dan zakat sudah dibayarkan!
10. Nah 57,5% ini kita bagi bagi kembali ke dalam amplop. Contoh: amplop uang makan, amplop uang transport, amplop uang maen, amplop bayar kosan, dsb. Nah kalau kita belum punya cicilan hutang, 30 % tersebut bisa kita tambahkan ke zakat tabungan dan shoping. Kan udah saya bilang, persentase flexible.
11. Disiplinkan diri kalau mau beli makan. Ambil dari amplop uang makan. Kalau mau ambil ongkos dari amplop ongkos dsb.
12. Nah dengan begini kita sudah menghabiskan uang di jalan yang benar. Hihi.

Selamat mencoba.

Mailida, juni 2013






Comments

  1. Kalo gajinya habis kek mana mau makan -__-

    ReplyDelete
  2. Ih dodol. Kan itu uang makan udah dialokasiin di pengeluaran sehari hari yg 57.5% -_____-

    ReplyDelete
  3. Believe me it Works. Setidaknya selama 3 bulan.. Haha

    ReplyDelete
  4. Believe me it Works. Setidaknya selama 3 bulan.. Haha

    ReplyDelete
  5. Hahaha bertahan dong ampe bulan bulan berikutnya!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mengatur Belanja Seminggu

Selama saya menikah, pengeluaran yang gak kekontrol itu pengeluaran makan. Awalnya, sebelum bikin meal preparation setiap minggunya, yang saya lakukan adalah belanja ke pasar setiap hari pulang kantor ((( setiap hari )))).  Dan itu boros banget. Mana sisa makanan pada kebuang karena busuk. Belum lagi sayur yang gampang layu dan gak bisa diolah. Yah.....namanya juga learning by doing ya. Akhirnya saya nemu cara belanja yang jauh lebih efektif, efisien, dan ekonomis. Namanya meal preparation . Dilakukan seminggu sekali dan disimpan dengan baik ke dalam storage box. Sekarang jadwal wajib saya setiap minggu pagi adalah ke pasar tradisional atau pasar modern diantar abang. Beli sayur dan lauk untuk keperluan seminggu ke depan. Dan tau gak sih, ternyata kalau kita well planned, pengeluaran makanan bisa sangat efisien. Manfaat yang saya dapet itu,  Bahan makanan pas habis dalam seminggu hampir tanpa sisa yang kebuang Hemat waktu dan hemat energi Pengeluaran makan gak boros Lebih

Pesan Moral Manusia ½ salmon

Beberapa menit yang lalu saya baru aja selesai baca buku nya raditya dika yang baru yang judulnya manusia setengah salmon. Awalnya agak sinis ama isi buku ini. Saya pikir, “Ah paling buku humor guyonan biasa aja. Ala raditya dika aja lah gimana. Lumayan lah buat cekakak cekikik. Itung-itung hiburan.” Saya pun sempet nyesel sebelum membaca buku itu secara keseluruhan. Tau gitu beli buku lain yang lebih bermutu. Yang lebih berat. Yang kontennya ‘lebih pintar’. Pikir saya. Ibu saya pun sempet nanya pas saya mau bayar ke kasir. “ Jadinya beli buku itu? Ngasih manfaat gak?” Di dalem hati saya menjawab. Let me see. Setelah beberapa hari buku itu terbengkalai, akhirnya saya baca juga ampe selesai. Emang sih banyak banget cerita yang bikin saya cekakak cekikik ampe ketawa-ketawa sendiri. Ok, it’s so raditya dika. Saya gak kaget. Hingga akhirnya saya berada di chapter terakhir buku ini. Chapter yang bikin saya mengemukakan pertanyaan monolog di otak saya. Is that you, raditya dika

Bahagia & Dian Sastrowardoyo

Apa itu bahagia? Semua orang menginginkannya. Hari ini saya mendapatkan sebuah pelajaran lagi tentang apa itu bahagia. *** Sebuah wawancara, Hitam Putih – Dian Sastrowardoyo “ Aku itu ambisius banget. Aku itu banyak mau. Tapi ternyata aku baru sadar dunia ini lebih enteng kalau kita gak terlalu ambisius-ambisius amat. Karena I have everything that I want to ternyata.” Waktu hamil, karirnya sedang berada di puncak. Awalnya agak menyalahkan kehamilan ini, tapi setelah syaelendra lahir dia bahagia sekali. Jika dirunut kebelakang, Dian adalah seorang yang ambisius dari kecil. Menurutnya, definisi ambisius adalah focus dan determine banget untuk mencapai apa yang dia mau. Dari umur 10 tahun dia sudah ingin sekolah di luar negeri more than anything in the world. Di umur segitu dia melakukan riset bagaimana caranya mendapatkan uang banyak agar bisa membiayai sekolahnya di luar negeri. Ternyata menjadi artis adalah salah satu cara untuk mendapatkan uang banyak karena ibunya