Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2011

1 Lelaki, 3 Wanita.

ALANDA Sudah halaman ke 100. Dua laki-laki berkacamata yang sedari tadi sibuk berdiskusi di depan ku pun sudah mulai pergi. Secangkir kopi panas yang sudah mau habis seakan isyarat bahwa aku sudah cukup lama berada disini. Bosan dengan buku yang kubaca, aku pun pergi ke rak buku fiksi dan menggantinya. Sebuah kedai buku menjadi saksi bisu penantian ku atas kedatangan dirinya. Sudah 3 jam dan Abilaga belum datang juga ABILAGA Sesak kota metropolitan membuat diriku naik pitam. Klakson mobil menjadi pelampiasan amarah yang tak tersampai. Kancing kemeja sudah terbuka dua. Peluh keringat mengalir lancar tak seperti kemacetan yang berada di depannya. Tanganku meraih buku agenda hitam di jok belakang. Memastikan keraguan ku bahwa hari ini memang giliran Alanda. MEDINA Aku selalu setia menunggu senja datang. Tak kuhiraukan panggilan Ibu yang terus saja memaksaku untuk masuk. Badan ini memaku melihat pesona sore yang begitu dramatis. Aku selonjorkan badan ku menghadap langit. Se

Undefined Feeling

Pernah gak ngerasain krisis percaya diri yang berlebihan? Pernah gak ngerasain emosi yang sulit untuk diberikan identitas. Marah? Bukan. Sedih? Gak juga. Senang? Definitely not. Jadi ini perasaan apa? Pernah gak tiba-tiba semua hal yang ada di dalem otak dateng keroyokan minta dipikirin? Pernah gak kebingungan ama sikap diri sendiri? Maunya apa sih? Pernah gak ngerasain males yang semales-malesnya ampe berinteraksi pun males. Berharap invisible, jadi ga usah tegur sapa ama siapapun deh. Aman. Pernah gak ngerasa kecil banget di mata seseorang? Pernah gak tersesat di jalan pikiran sendiri? Hingga akhirnya nemu jalan buntu. Pernah gak ngerasa jengah dengan berbagai macam pencitraan yang bikin gak jadi diri sendiri? Semacam cape. Pernah gak ngerasa khawatir terhadap sesuatu yang belum terjadi? Dan mungkin juga gak akan terjadi. Pernah gak sih, lu ? Mailida, September 2011

Wanita berwajah lugu itu datang lagi. Dia berdiri tepat di depan ku. Sudah lama sekali kami tak bertemu. Sekarang di keningnya bertengger rambut poni yang hampir menutupi alis. Tak biasanya dia mengenakan asesoris. Rambutnya yang panjang dipangkas tinggal sebahu. Mungkin penampilan baru. Aku tak lagi melihat kaos lusuhnya. Kini dia mengenakan turtle neck berwarna ungu yang dipadukan dengan renda Chantilly Lace pink yang membuatnya makin terlihat anggun. Sepertinya baju mahal. Bibir merah nya merekah tersenyum kepada ku. Aku pun membalas senyuman nya. Rasanya seperti pertemuan teman lama. Hari ini apa lagi yang akan dia ceritakan kepada ku? Terakhir bertemu dengan nya, wajahnya begitu merah merona, mata nya berbinar, senyum nya merekah mempesona. Berkali kali dia mengatakan ‘aku jatuh cinta…aku bahagia…aku jatuh cinta…aku bahagia ’. Aku masih ingat bagaimana dia selalu menari dan bernyanyi menyenandungkan lagu cinta. Tersipu malu ketika menyadari bahwa dia telah melakukan hal hal kony

Mareta

Tulisan ini dimuat di writingsessionclub.blogspot.com Tema : Kabur Dia adalah setan neraka yang terperangkap di dalam tubuh seorang manusia. Begitulah kesan yang selalu tertanam di dalam pikirannya. *** Mareta merinding ketakutan. Sambil memeluk kedua kakinya yang ditekuk, dia bersembunyi di balik lemari kamar ayahnya. Sebisa mungkin dia menahan suara tangisannya. Nafasnya cepat dan pendek-pendek. Jantungya berdegup kencang membuat keringat dingin muncul dari dalam pori-pori tubuhnya. Dari jauh terlihat seorang wanita paruh baya yang masih mengenakan celemek masak datang menghampirinya sembari menenteng sapu yang diambil dari dapur. Di tangan kirinya terdapat satu kantung kresek hitam yang tak asing lagi bagi Mareta. Ia makin merapatkan tubuhnya ke balik lemari. Getaran langkah kaki wanita itu mulai terasa sangat dekat. Dia menundukkan kepala sembari memejamkan mata. Tak kuasa membayangkan apalagi yang akan menimpanya. Sebuah benda tumpul menghantam kepalanya. Sekali. Du