Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2011

Sadira dan kedai kopi

Kulihat jarum jam di tangan ku berkali-kali. Sudah berapa kali aku menghentakkan kaki. Sudah bosan aku mengeretakan buku jari. Aku sudah menunggunya dari pagi. Hampir lima jam, dan aku sudah memesan lima gelas kopi . Orang di depan ku sudah berganti tiga kali.Aku benar-benar tak sabar memberitahukan berita baik ini padanya. Namun Sadira tak kunjung datang. Seperti nya para pelayan pun sudah bosan melihatku. Aku mulai menggerutu, sepertinya dia tak akan datang. Kesabaran ku sudah sampai di jam ke lima. Aku bereskan semua barang-barang dan memutuskan untuk pergi. Tapi… Dari kejauhan kulihat Sadira ku datang memakai baju biru celana hitam. Antara lega dan kesal. Akhirnya dia datang. Sambil memasang tampang masam aku kembali merapihkan posisi duduk ku. Mari kita dengar alasan nya.. “Maaf” Yah aku tau, pasti kata itu yang pertama kali keluar dari mulutnya. Sudah biasa. Kata maafnya menjadi terdengar tak berguna. “ Lalu ada kata apa setelah kata maaf? “ kata ku sambil menyuruh n

Sudut

Aku tersisih dan berdiam diri disini Mencari sesuatu namun belum ku lihat Menikmati setiap alunan musik klasik Harpa tua dan suara harmonika Tidak kah para balerina letih menari? Aku mengamati gelak tawa para hedonis Tak tampak kejujuran,yang kulihat kepalsuan Mari mulai menjelajah seribu muka Mata ku menerawang Si penggembira yang berpura-pura Gadis murung patah hati Kumpulan lelaki pencari cinta Para intelek yang bercengkrama Wanita menawan dengan pria tampan Sembilan pendosa meneguk wine Dan.... Tatapan ku berhenti di sorot mata elang itu Balada cinta ku seribu tahun yang lalu Dia datang Ku tinggalkan sudut dan mengakhiri pesta Dia yang ku tunggu Mailida,Feb 2011

Bandung ku badung

Sudah tak bisa lagi ku temui angin sepoy di tengah kota Kuyakin para leluhur menuai murka Mengapa Bandung ku menjadi seperti kota Jakarta ? Bandung ku badung, Aku tak bisa lagi berjalan kaki sambil mencium wangi bunga mahoni Sudah jarang aku bersenandung bersama mentari Para kicau berimigrasi ke utara melarikan diri Surabi ku sudah berubah menjadi sour sally Riuh meriuh kebut sana sini tak bisa menahan emosi Begitulah Bandung ku hari ini Bandung ku badung, Tak lagi ku temui manusia berlogat lugu Gadis santun sudah berubah bikin malu Bandung ku telah diubah oleh dimensi waktu Bersih Hijau Berbunga, oh itu masa lalu Ini bukan Bandung ku Bandung ku, badung! Mailida, Feb 2011

Mesin Penenun Hujan

Mesin penenun hujan membantuku merajut memori yang sudah berserakan Dan telah lama membentuk setitik bilur Bagaikan sebuah orchestra alam, suara gemericik merdu menemani malam biru Kutinggalkan suram dan berlari sambil menikmati wangi parfume hujan Mari ikut bersama ku.. Menari Berdansa Bercengkrama Meniti jalan hingga ke london sky Menembus neptunus yang sayu seperti warna polaroid Mencicipi awan dan berlarian di dalam venus Sudah siap? Mari kita kepakan sayap yang lebar dan kembali terbang menggapai impian Mailida, Februari 2011

I'll Be Waiting

He has left this town. Oh what my day is gonna be? I always waiting the train until its coming Wave my hand and then he says good bye So i smile and say see you later I don't care how long it takes I don't mind, i'll sit and wait So don't you worry i won't leaving And keep staying Mailida,Feb 2011

Hukuman

Mata biru itu menatap kami. Menelanjangi. Seperti mengisyaratkan pandangan “ diam-kalian-disitu-dan-jangan-bergerak”. Kami menuruti. Mata biru mengintimidasi. Sudah kepalang basah, kami benar-benar terjebak. Maju kami mati, mundur di eksekusi. Keberadaannya semakin dekat. Satu jengkal dari muka kami. Suara nafasnya terdengar. Dentuman jantung nya bisa kami rasakan. Kami tak bisa pergi. Tatapan nya mengepung. Gelap malam harus segera berakhir, kami membutuhkan pagi. Tidak kah mata biru mendengar kami menangis dan terisak? Dia tak peduli. Inilah ganjaran untuk para pencuri. Katanya. Mailida, Februari 2011