Skip to main content

Penggunaan Subhanallah dan Masyaallah


Subhanallah dan Masya Allah di Indonesia


  sumber: http://titiksenyap.wordpress.com


Sewaktu saya kelas 3 SMA, ada istilah yang populer di antara teman-teman saya:
“SBY!!”
Bukan, kami bukan fanatik pak presiden. Maksud dari istilah di atas adalah: Subhanallah Banget Yaa :D , saat kita kagum dengan si A yang masuk universitas sana-sini lewat jalur PMDK-lah, teteh B yang wah banget perangainya buat dijadikan teladan, si C yang bisa bikin catatan yang udah mah rapi, bergambar, warna-warni pula (kerajinan banget), atau sekedar soal fisika yang rumitnya selangit, dipecahkan dengan mudahnya oleh Pak Tata. Ya, SBY menjadi ekspresi kekaguman kami waktu itu.
Memang, penggunaan Subhanallah ini seringkali kita gunakan untuk mengekspresikan kekaguman kita terhadap kebesaran Ilahi. Di lain pihak, saat kita melihat sesuatu yang buruk, acapkali  kita mengucapkan “Masya Allah..ko bisa sih begitu?”. Ekspresi semacam itu sudah lumrah banget di mata kita, orang Indonesia.
Tapi cobalah bertemu dengan muslim di negara lain. Kalau bisa mungkin bercakap-cakap. Seperti pengalaman Moh. Fauzil Adhim atau yang lebih dikenal dengan (et)kupinang di twitter,saat berkesempatan untuk bercengkrama dengan muslim asli Arab. Maksud hati memuji, tapi tanggapan yang didapatkan justru sebaliknya.
“AstaghfiruLlahal ‘Adhim; ‘afwn Ustadz; kalau ada yang bathil dalam diri & ucapan ana; tolong segera Ant luruskan!”
Kira-kira seperti itu tanggapannya. Nah loh, kenapa bisa gitu? Yuuk kita lihat harfiahnya satu per satu.
Subhanallah, terdiri dari kata Subhan dan Allah. Kata Subhan sendiri asal katanya adalah sabh, yang berarti tidak tercampuri.
Subhanallah, Maha Suci Allah. Nah, kapan kira-kira kita harus mengingatkan diri kita, berdzikir bahwa Allah Maha Suci, bahwa Allah satu-satunya Dzat yang terbebas dari segala khilaf yang tercela? :)
Lalu…
Mengenai Masya Allah.  Untuk mengetahui artinya, ada baiknya kita tengok arti dari sebuah ayat:
“Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “MAASYAA ALLAH, LAA QUWWATA ILLAA BILLAH (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan.”
(QS. al-Kahfi 18:39)
Ya, jika diterjemahkan, Masya Allah kurang lebih berarti Allah Maha Berkehendak. Pertanyaannya adalah, apakah ketika kita melihat sebuah keburukan atau musibah terjadi, “sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud” merupakan ekspresi yang tepat?
Entah sejak kapan salah kaprah ini bermula. Yang jelas, saat kita telusuri lagi maknanya, kita akan menemukan betapa ngga matchingnya penggunaan dua frase ini di Indonesia.
Ingin penjelasan yang lebih komprehensif? Salim A. Fillah pernah membuat kultwit mengenai hal ini, yang dapat disimak di sini.
Sebenarnya, salah kaprah ini pun sudah banyak yang mengulas. Tapi tentu baru terasa impact-nya kalo kita meluruskan ‘salah kaprah’ ini ke dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita terlindung dari ketidaktahuan yang menyesatkan.

Comments

Popular posts from this blog

Mengatur Belanja Seminggu

Selama saya menikah, pengeluaran yang gak kekontrol itu pengeluaran makan. Awalnya, sebelum bikin meal preparation setiap minggunya, yang saya lakukan adalah belanja ke pasar setiap hari pulang kantor ((( setiap hari )))).  Dan itu boros banget. Mana sisa makanan pada kebuang karena busuk. Belum lagi sayur yang gampang layu dan gak bisa diolah. Yah.....namanya juga learning by doing ya. Akhirnya saya nemu cara belanja yang jauh lebih efektif, efisien, dan ekonomis. Namanya meal preparation . Dilakukan seminggu sekali dan disimpan dengan baik ke dalam storage box. Sekarang jadwal wajib saya setiap minggu pagi adalah ke pasar tradisional atau pasar modern diantar abang. Beli sayur dan lauk untuk keperluan seminggu ke depan. Dan tau gak sih, ternyata kalau kita well planned, pengeluaran makanan bisa sangat efisien. Manfaat yang saya dapet itu,  Bahan makanan pas habis dalam seminggu hampir tanpa sisa yang kebuang Hemat waktu dan hemat energi Pengeluaran makan gak bor...

Pesan Moral Manusia ½ salmon

Beberapa menit yang lalu saya baru aja selesai baca buku nya raditya dika yang baru yang judulnya manusia setengah salmon. Awalnya agak sinis ama isi buku ini. Saya pikir, “Ah paling buku humor guyonan biasa aja. Ala raditya dika aja lah gimana. Lumayan lah buat cekakak cekikik. Itung-itung hiburan.” Saya pun sempet nyesel sebelum membaca buku itu secara keseluruhan. Tau gitu beli buku lain yang lebih bermutu. Yang lebih berat. Yang kontennya ‘lebih pintar’. Pikir saya. Ibu saya pun sempet nanya pas saya mau bayar ke kasir. “ Jadinya beli buku itu? Ngasih manfaat gak?” Di dalem hati saya menjawab. Let me see. Setelah beberapa hari buku itu terbengkalai, akhirnya saya baca juga ampe selesai. Emang sih banyak banget cerita yang bikin saya cekakak cekikik ampe ketawa-ketawa sendiri. Ok, it’s so raditya dika. Saya gak kaget. Hingga akhirnya saya berada di chapter terakhir buku ini. Chapter yang bikin saya mengemukakan pertanyaan monolog di otak saya. Is that you, raditya dika...

Silencioso

Aku merasa canggung. Ku sibukkan diriku mencari kertas dan alat tulis yang berada di dalam tas. Berkali-kali aku bersandiwara menyeruput minuman kaleng yang sebenarnya sudah habis ku minum. Aku berpura-pura sibuk. Membuat berbagai coretan di atas kertas dengan pena. Tak jelas apa yang ku tulis, aku hanya sedang menunggu lelaki di depan ku ini mengutarakan sesuatu. Ku lihat dia sibuk mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Entah apa yang diambilnya, aku mencoba memperhatikan secara seksama. Wanita di depan ku tampak sedang kehausan, berkali-kali aku melihatnya menyeruput minuman kaleng yang tak kunjung habis. Sekarang dia sedang menuliskan sesuatu. Aku ingin bicara, tapi aku malu. Biarlah dia yang memulai pembicaraan. Satu per satu daun mulai berguguran sebagai pertanda kesunyian. Suara bising di sekitar tak mereka hiraukan. Lelaki dan perempuan ini masih terdiam. Saling mencuri pandang bergantian tak berani saling menatap. Lebih baik aku yang memulai...