#3 The Journey “Bantal kak?” Sadira menggeleng. Petugas kereta api meninggalkannya. Sampai sekarang dia masih tidak mengerti kemana dia akan pergi. Dimana tempat itu. Bagaimana dia tinggal. Dengan siapa dia disana. Pikirannya kosong tak mampu untuk berpikir. Rasanya seperti dihisap dementor di film Harry Potter. Mata yang selalu tertuju pada satu titik, wajah tanpa ekspresi, gema suara dialog masa lalu yang memekakkan telinga, itu lah dia hari ini. Seperti kehilangan penglihatan spectrum warna, yang dia liat hanya hitam dan putih. Terdengar suara tangisan, pekik keras seorang wanita, dan sekelibat memori-memori yang beterbangan di benaknya. Bayangan bias menyenangkan seketika berubah menjadi suatu adegan menakutkan. Bingung. Dia menahan rasa sakit di kepalanya. Cukup! Cukup! Air mata nya mengalir seperti tak sanggup menahan beban batin yang menyesakkan. Dia pejamkan matanya lalu tertidur. Dibelakangnya terdengar sayup-sayup suara anak kecil yang merengek kepanasan, seoran...