Skip to main content

Jika aku menjadi, diri sendiri.

Menjadi seseorang dengan sisi yang lain untuk kepentingan orang lain.

Menjadi seseorang yang diharuskan sama, karena takut berbeda.

Menjadi mayoritas dan meninggalkan minoritas

Coba tanya dalam hati, apakah itu yang memang benar kamu inginkan? Saya tahu hati mu berkata lain. Faktanya kita memang harus menjadi orang lain dulu hingga akhirnya kembali menjadi diri sendiri. Tapi jika kamu bisa bertahan idealis tanpa terpengaruh untuk menjadi orang lain, beritahu saya. Terkadang berubah menjadi orang lain adalah jalan terakhir dan paling menyakitkan untuk bisa kembali menjadi diri sendiri. (Saya pun dalam tahap belajar)

Tidak percaya?

Upi. Sutradara Radit dan Jani, 30 Hari mencari cinta, dan Realita Cinta Rock and roll adalah seorang sutradara wanita yang sangat idealis. Dia termasuk orang yang tidak memperdulikan apa kata orang.

Beginilah saya. Gak suka? Minggir.

Mungkin itu jargon hidup nya. Dia termasuk wanita hebat yang memiliki ide brilian. Brilian untuk siapa? Untuk dirinya sendiri dan orang yang mengerti. Dia sempat membuat video klip untuk sebuah band dahulu, namun pengemasan nya tidak cocok dengan keinginan produser. Dia menciptakan adegan-adegan thriller dan pembunuhan di dalam video klip tersebut. Dark side. Mana ada produser yang menerima karya yang tidak bisa di jual? Alhasil dia tidak makan.

Hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengeluarkan sisi “manis” dan membuat film pertamanya, 30 Hari mencari cinta. Bagaimana mungkin orang seperti upi membuat film yang sangatlah ber genre wanita. Semua orang merasa itu bukan lah “upi”. Namun ada udang di balik batu. Ada maskud tertentu mengapa dia meninggalkan jati diri nya. Dia hanya ingin produser menerimanya. Dia tidak ingin membuat produser kaget dengan ide-ide anehnya dan membuangnya ke tempat sampah LAGI. Toh kalau orang sudah mengetahui bahwa kita memiliki kemampuan, pasti kita akan lebih gampang di percaya. Apapun harus kita lakukan untuk melakukan pembuktian awal. Termasuk menjadi orang lain dahulu. Setelahnya, kita lah yang mengatur hidup kita sendiri.

Dan betul, film 30 Hari mencari cinta hanyalah batu loncatan untuk akhirnya dia kembali menjadi diri sendiri. Kalian tau kan film setelahnya? Radit dan Jani, serigala terakhir, dan realita cinta rock and roll. It’s so you, Upi.

“ Sometimes you must show a real you . May be some people loves you just because the way you are. Don’t pretended. Be different, Be you :) “

Mailida, Jan 2011

Comments

Popular posts from this blog

Mengatur Belanja Seminggu

Selama saya menikah, pengeluaran yang gak kekontrol itu pengeluaran makan. Awalnya, sebelum bikin meal preparation setiap minggunya, yang saya lakukan adalah belanja ke pasar setiap hari pulang kantor ((( setiap hari )))).  Dan itu boros banget. Mana sisa makanan pada kebuang karena busuk. Belum lagi sayur yang gampang layu dan gak bisa diolah. Yah.....namanya juga learning by doing ya. Akhirnya saya nemu cara belanja yang jauh lebih efektif, efisien, dan ekonomis. Namanya meal preparation . Dilakukan seminggu sekali dan disimpan dengan baik ke dalam storage box. Sekarang jadwal wajib saya setiap minggu pagi adalah ke pasar tradisional atau pasar modern diantar abang. Beli sayur dan lauk untuk keperluan seminggu ke depan. Dan tau gak sih, ternyata kalau kita well planned, pengeluaran makanan bisa sangat efisien. Manfaat yang saya dapet itu,  Bahan makanan pas habis dalam seminggu hampir tanpa sisa yang kebuang Hemat waktu dan hemat energi Pengeluaran makan gak bor...

Pesan Moral Manusia ½ salmon

Beberapa menit yang lalu saya baru aja selesai baca buku nya raditya dika yang baru yang judulnya manusia setengah salmon. Awalnya agak sinis ama isi buku ini. Saya pikir, “Ah paling buku humor guyonan biasa aja. Ala raditya dika aja lah gimana. Lumayan lah buat cekakak cekikik. Itung-itung hiburan.” Saya pun sempet nyesel sebelum membaca buku itu secara keseluruhan. Tau gitu beli buku lain yang lebih bermutu. Yang lebih berat. Yang kontennya ‘lebih pintar’. Pikir saya. Ibu saya pun sempet nanya pas saya mau bayar ke kasir. “ Jadinya beli buku itu? Ngasih manfaat gak?” Di dalem hati saya menjawab. Let me see. Setelah beberapa hari buku itu terbengkalai, akhirnya saya baca juga ampe selesai. Emang sih banyak banget cerita yang bikin saya cekakak cekikik ampe ketawa-ketawa sendiri. Ok, it’s so raditya dika. Saya gak kaget. Hingga akhirnya saya berada di chapter terakhir buku ini. Chapter yang bikin saya mengemukakan pertanyaan monolog di otak saya. Is that you, raditya dika...

Silencioso

Aku merasa canggung. Ku sibukkan diriku mencari kertas dan alat tulis yang berada di dalam tas. Berkali-kali aku bersandiwara menyeruput minuman kaleng yang sebenarnya sudah habis ku minum. Aku berpura-pura sibuk. Membuat berbagai coretan di atas kertas dengan pena. Tak jelas apa yang ku tulis, aku hanya sedang menunggu lelaki di depan ku ini mengutarakan sesuatu. Ku lihat dia sibuk mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Entah apa yang diambilnya, aku mencoba memperhatikan secara seksama. Wanita di depan ku tampak sedang kehausan, berkali-kali aku melihatnya menyeruput minuman kaleng yang tak kunjung habis. Sekarang dia sedang menuliskan sesuatu. Aku ingin bicara, tapi aku malu. Biarlah dia yang memulai pembicaraan. Satu per satu daun mulai berguguran sebagai pertanda kesunyian. Suara bising di sekitar tak mereka hiraukan. Lelaki dan perempuan ini masih terdiam. Saling mencuri pandang bergantian tak berani saling menatap. Lebih baik aku yang memulai...