Skip to main content

Bahagia & Dian Sastrowardoyo


Apa itu bahagia? Semua orang menginginkannya. Hari ini saya mendapatkan sebuah pelajaran lagi tentang apa itu bahagia.
***

Sebuah wawancara,
Hitam Putih – Dian Sastrowardoyo

“ Aku itu ambisius banget. Aku itu banyak mau. Tapi ternyata aku baru sadar dunia ini lebih enteng kalau kita gak terlalu ambisius-ambisius amat. Karena I have everything that I want to ternyata.”

Waktu hamil, karirnya sedang berada di puncak. Awalnya agak menyalahkan kehamilan ini, tapi setelah syaelendra lahir dia bahagia sekali. Jika dirunut kebelakang, Dian adalah seorang yang ambisius dari kecil. Menurutnya, definisi ambisius adalah focus dan determine banget untuk mencapai apa yang dia mau. Dari umur 10 tahun dia sudah ingin sekolah di luar negeri more than anything in the world. Di umur segitu dia melakukan riset bagaimana caranya mendapatkan uang banyak agar bisa membiayai sekolahnya di luar negeri. Ternyata menjadi artis adalah salah satu cara untuk mendapatkan uang banyak karena ibunya hanyalah seorang single mom yang mungkin tidak akan mampu untuk membiayai kuliahnya di Amerika. Itulah mengapa dia mencari jalan untuk mewujudkan mimpinya. Lalu dia merealisasikannya keinginannya dengan cara mengikuti gadis sampul. Karena dengan begitu dia bisa mendapatkan iklan dan mengumpulkan banyak uang.

“Yang saya tau, untuk bisa menang menjadi gadis sampul biasanya yang berumur 14 tahun. Waktu itu saya masih umur 10 tahun. Jadi, masih ada waktu 4 tahun untuk mempersiapkan segalanya. Setelah umur saya 14 tahun, saya mendaftar menjadi gadis sampul.”

“And You won that?”
“Yes, I won that.”

Dian bilang, kuliah s2 di Amerika adalah mimpi besarnya.

“Saya pengen kuliah s2 di Amerika. Saya pengen diterima di perusahaan yang saya ngefans banget. McKinsey. Sebuah perusahaan konsultan. Itu isinya orang-orang pinter doang. Dan of course itu susah banget. Saya pun gak tau apa saya punya apa yang diperlukan untuk masuk situ. Tapi, waktu itu saya ambisius banget. One of those day, I am gonna be in McKinsey.”

“Lalu artisnya?” tanya Dedy.
“It was only a vehicle for me untuk nabung sekolah di luar.”
“Jadi, hanya untuk itu?”
“Yes.”
“No.” geleng Dedy.
“Seriously, you don’t wanna believe me?” kata Dian.

Namun Allah punya rencana terbaik untuknya. Mimpi kuliah di luar negeri dan bekerja di konsultan Amerika itu tidak menjadi kenyataan. Tapi ketika Dian ditanya apakah dia bahagia atau tidak, ini jawabannya.

“ Yes, aku bahagia. Aneh kan? At the end of the day, you really want to go home to something worth going home to family. Sekarang aku belajar banget buat happy. Melatih diri untuk selalu bersyukur. Sekarang setiap harinya aku selalu menulis 10 hal yang bisa aku syukuri di hari itu.”

“Sekarang sebutkan 10 hal yang kamu syukuri hari ini.” Tantang Dedy.

“1. Hari ini aku cukup tidur.
2. Sarapan enak. Roti dengan keju. Really nice.
3. Nganter anak sekolah karena itu quality time aku banget.
4. Hari ini saya ada kerjaan yang artinya saya bakal dapet duit
5. Teman kerja saya adalah teman baik saya.
6. Asisten saya, Siti. She helps me all of my way
7. Saya jadi istrinya Indra. Indra itu such a great husband and father.
8. Hmm 2 lagi ya? But you know what, I am gonna say to you bahwa aku seneng bisa diundang disini karena you are such a nice person.”

:)

Dedy pun bertanya kepada Dian bagaimana dia mendefinisikan dirinya sebagai seorang ibu.

Aku itu ibu yang agak galak dan tegas. Ibu yang punya banyak cita-cita buat anaknya. Kayaknya agak-agak pressure deh jadi anak gue. Hehe. Tapi aku udah ngerencanain dimana dia sekolah dari mulai SD, SMP, SMA, sampai kuliah.”

Dedy pun bertanya kembali tentang definisi dirinya sebagai seorang istri.

“ Aku itu istri yang meladeni suaminya. Meladeni semuanya. Kaya tadi sebelum berangkat kesini aku disuruh beli telur buat sarapan. Agak tricky juga nih membagi waktunya. Lalu akupun mendelegasikan kepada orang rumah untuk membeli apa yang kurang. Karena aku gak mau kalau ketika dia mau makan terus dia bilang ‘aduh abis nih, gimana sih?’. Itu artinya performance aku dipertanyakan karena gak bisa ngatur diri. Performance aku tuh dinilai dari sejahteranya dia mulai dari baju, makanan, dan sebagainya. Nah aku bisa performance dengan baik kalau aku happy. Nah pinter-pinternya aku gimana memaintain happy. Salah satunya ya menulis 10 hal itu.”

“Knp mau diatur suami?”

“Aku selalu nganggep apa yang suami suruh itu kaya challenge. Sebuah gol. Lo bisa gak ngelakuin itu, bisa gak bikin gini. Akhirnya kaya ada ego dari diri aku yang bilang, ‘bisa, aku bisa. Pokoknya kamu tau beres deh!’”

Hahah. Dia menerapkan ke ambisius an nya yang dari kecil itu di perannya sebagai istri. Good job! :D

Last question. “Kalau mati mau diingat sebagai siapa?”

“Saya ingin diingat sebagai wanita yang cukup positif, pernah sharing positif thing yang saya pikirin ke orang lain dan sesuatu yang positif itu bisa bantuin orang lah..”
***

Sekarang ketika orang bertanya apa itu bahagia, dengan yakin saya akan jawab bahwa bahagia itu adalah positif. Pikiran positif, perilaku positif, bahkan respon positif atas sesuatu yang terasa negatif. 

Dian ini menyadarkan saya bahwa memang tidak ada usaha yang sia-sia. Perjuangan dia, keambisiusan dia, tekad dia untuk bisa menggapai cita-cita tetap terpakai. Walaupun bukan untuk merealisasikan mimpinya, tapi ternyata untuk sesuatu yang lebih penting. Dian bilang,

“Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan-anak-anak cerdas”

Because to educate women is to educate future.

Mailida, Maret 2013

Comments

Popular posts from this blog

Mengatur Belanja Seminggu

Selama saya menikah, pengeluaran yang gak kekontrol itu pengeluaran makan. Awalnya, sebelum bikin meal preparation setiap minggunya, yang saya lakukan adalah belanja ke pasar setiap hari pulang kantor ((( setiap hari )))).  Dan itu boros banget. Mana sisa makanan pada kebuang karena busuk. Belum lagi sayur yang gampang layu dan gak bisa diolah. Yah.....namanya juga learning by doing ya. Akhirnya saya nemu cara belanja yang jauh lebih efektif, efisien, dan ekonomis. Namanya meal preparation . Dilakukan seminggu sekali dan disimpan dengan baik ke dalam storage box. Sekarang jadwal wajib saya setiap minggu pagi adalah ke pasar tradisional atau pasar modern diantar abang. Beli sayur dan lauk untuk keperluan seminggu ke depan. Dan tau gak sih, ternyata kalau kita well planned, pengeluaran makanan bisa sangat efisien. Manfaat yang saya dapet itu,  Bahan makanan pas habis dalam seminggu hampir tanpa sisa yang kebuang Hemat waktu dan hemat energi Pengeluaran makan gak boros Lebih

Pesan Moral Manusia ½ salmon

Beberapa menit yang lalu saya baru aja selesai baca buku nya raditya dika yang baru yang judulnya manusia setengah salmon. Awalnya agak sinis ama isi buku ini. Saya pikir, “Ah paling buku humor guyonan biasa aja. Ala raditya dika aja lah gimana. Lumayan lah buat cekakak cekikik. Itung-itung hiburan.” Saya pun sempet nyesel sebelum membaca buku itu secara keseluruhan. Tau gitu beli buku lain yang lebih bermutu. Yang lebih berat. Yang kontennya ‘lebih pintar’. Pikir saya. Ibu saya pun sempet nanya pas saya mau bayar ke kasir. “ Jadinya beli buku itu? Ngasih manfaat gak?” Di dalem hati saya menjawab. Let me see. Setelah beberapa hari buku itu terbengkalai, akhirnya saya baca juga ampe selesai. Emang sih banyak banget cerita yang bikin saya cekakak cekikik ampe ketawa-ketawa sendiri. Ok, it’s so raditya dika. Saya gak kaget. Hingga akhirnya saya berada di chapter terakhir buku ini. Chapter yang bikin saya mengemukakan pertanyaan monolog di otak saya. Is that you, raditya dika