Skip to main content

Mommy's little boy



Dia menahan tangis. Mata coklatnya mulai berkaca-kaca setiap menceritakan kisah mereka berdua. Kubiarkan dia bercerita melampiaskan rasa rindunya. Dalam hati aku tersadar,ini bukan hubungan yang biasa.
***

Anak laki-lakinya ini tak pernah merepotkan.
“Aduuuh Ibu! Ibu tuh kenapa sih? Kan ada aku.” Wanita itu memeragakan cara anaknya berbicara. Itulah respon anak laki-lakinya jika melihat ibunya melakukan sesuatu yang berat sendirian. Dia bercerita betapa anak laki-lakinya tak pernah tega membiarkan ibunya kesulitan atau kerepotan. Dia bilang, dia tidak pernah merasa terepotkan oleh anaknya selama 21 tahun ini.
“Bu, aku gapapa bawa temen aku ke rumah? ” tanyanya waktu itu. Wanita itu bilang, dia selalu senang jika ada teman anaknya yang datang. Tapi, anak laki-lakinya tak ingin ibunya terepotkan.
“Gak apa-apa de, ibu siapin makanan ya.Nanti ibu bikinin bla.. bla.. bla..” kata ibunya.
Anak laki-laki kecilnya tersebut langsung menahan ibunya. “Ah gak usah bu, udah-udah yang ada aja. Ibu diem aja udah gak usah ikut repot.” Anak laki-lakinya yang berusia 6 tahun ini langsung berbicara pada teman-temannya.
“Kalian boleh ke rumah ku, tapi makannya sama telor ceplok ya.Yang ada aja.”
***

Anak laki-lakinya ini sangat penakut.
“De, ibu gak akan nyuruh ade buat disunat. Kalau ade udah mau, bilang ama ibu. Kalau gak disunat nanti haram loh de.” Katanya kepada anak laki-lakinya yang memang tidak pernah bisa dipaksa.
Ketika anak laki-lakinya mulai naik kelas 4 SD, dia mengutarakan keinginannya. “Bu.. Aku mau disunat. Aduh tapi aku takut bu, tapi kan haram ya bu. Tapi takut bu.Aduh ibuu.” Ibunya bercerita bahwa anak laki-lakinya ini banyak akal. Ketika di ruang penyunatan dia terus saja mengalihkan pembicaraan dokternya. Ibunya memeragakan caranya menutup muka anaknya dulu, sang anak laki-laki ketakutan tapi penasaran. Dia mengintip sambil berkata “Adu du duuuuh. Adu du duuuuh” Dia tertawa menahan geli mengenang kelakuan anaknya.
***

Anak laki-lakinya ini badung.
Dia dididik sangat keras dan disiplin sejak kecil. Makan harus di meja makan. Jam 2 tidur siang hingga jam 4 sore. Ibunya pun terkadang melarang dia untuk main ke luar. Pernah suatu hari ketika umurnya masih 2 tahun, anak laki-laki ini kabur dari tidur siangnya. Dia keluar dari jendela. Ibunya menemukan dia sudah berada di atas toren air sedang asyik memperhatikan anak komplek yang bermain volley di belakang rumah.
Ibunya hampir jantungan dibuatnya. Dia mengendap-endap dari bawah, memelankan langkahnya agar anaknya tidak kaget. Dia menyusuri tangga menaiki toren. Memeluk anaknya dari belakang. Hap. Tertangkap.
“Ehh ibu, kirain siapa. Kaget aku. Kageeet.” Katanya polos. Lagi lagi dia tertawa kecil mengenang kelakukan anaknya dahulu.
***

Anak laki-lakinya ini adalah asisten ibunya di dapur.
Ramadhan tahun ini merupakan ramadhan paling sepi untuknya. Hari pertama ramadhan tak ada yang dia siapkan. Biasa saja. Biasanya anak laki-lakinya lah yang menyiapkan makanan pembuka sambil menunggu ibunya pulang ke kantor. Menyiapkan teh manis hangat, menggoreng bala-bala, membuat tajil, dan sebagainya. Anak laki-lakinya ini penyemangatnya. Bisa dibayangkan betapa sepinya hari itu.
“Kalau tante lagi masak, dia suka tanya bumbu apa ini? Bumbu apa itu? Dia yang selalu ngulek bumbu. Dan dia seneng. Taste dia juga bagus. Kalau tante tanya, kurang apa de? Dia selalu tau kalau masakan ibunya kurang asin atau kurang garem.”
 ***

Anak laki-lakinya ini sangat care.
Ketika ibunya sakit cukup parah dulu, kedua anak laki-lakinya lah yang menjaganya. Dia selalu merasa bahwa dia cukup sukses mendidik anak-anaknya. Kakak beradik ini membagi tugas untuk mengobati ibunya. Kakaknya yang mengganti perban, adiknya lah yang memakaikan baju ibunya.
Setiap ada temen yang mau berpamitan pulang, dia selalu memelankan untuk membuka pintu kamar ibunya. Jika ibunya sedang tidur, dia selalu menyuruh temannya untuk tidak usah bersalaman pada ibunya.
 “Ehhh ibu udah dateng. Macet ya bu? Kasiiiaaaan. Ibu pegel ya? Sini aku pijitin.” Itu kata-kata yang sering anak laki-laki ini katakan setiap ibunya pulang ke kantor.
Setiap mau pergi ke kantor, ibunya selalu berpamitan pada anak laki-lakinya.
“Adee, ibu pergi ke kantor dulu ya.” Hingga sekarang. Pun, ketika anaknya telah tiada.
***

Anak laki-lakinya ini sangat manja.
Dia bilang, anak laki-lakinya selalu bersikap seperti anak kecil di depannya. He still mommy’s little boy. Katanya, sekarang tidak ada lagi yang menciuminya. Tidak ada lagi yang mengusir ayahnya ketika dia ingin tidur dengan ibunya. Tidak ada lagi si bungsu yang memeluk-meluknya. Tak ada lagi si penggembira. Tak ada lagi anak laki-laki jail yang mengerjai eyangnya yang sudah pikun.
“Buuu. Tadi aku liat anak anjing lucu syekaliii hadoooh mukanya bodoh. Hadoooh”
“Iya de? Hadoooh lucuu ya de..”
“Iyaa lucuu kaya ibuuu. Bububu.” guraunya sambil mencubit-cubit ibunya.
Sembarangan.” Kata ibunya kesal.
***

Anak laki-lakinya ini cerdas.
“ Dia selalu tante bacain buku cerita waktu kecil. Dia cepat menyimak. Dia kritis. Selalu bertanya: Ini apa bu? Itu apa? Kenapa ini? Ko gitu? Jelasin dong buu.”
Hanya saja dia pemalas. -__-
***

Anak laki-lakinya ini setia kawan.
Dulu, ketika SD, ada kegiatan pramuka di lembang. Karena dia anak bungsu, kedua orangnya tak tega meninggalkannya sendirian. Mereka menunggui anaknya di dalam mobil. Tiba-tiba hujan datang hari itu. Semua kemah kebanjiran. Sang anak laki-laki tersebut sibuk menyelamatkan teman-temannya. Dia mencari kardus untuk tidur teman-temannya.
“Kamu aja yang tidur. Aku cari kardus lagi.” Perintahnya dulu kepada temannya. Sesampai di rumah, ibunya bilang bahwa anaknya langsung tidur pulas sulit dibangunkan. :)
Ketika dia masih kelas 1 SD, anak laki-lakinya ini pernah menjenguk teman yang sedang sakit sendirian. Dia membawakan PR agar temannya tidak ketinggalan pelajaran.
“Tante, azmiwarnya ada? Ini aku bawain PR buat dia.” Ucap anak laki-laki kecil ini dulu.
***

Anak laki-lakinya ini pengertian.
Dia bukan seperti anak yang lain yang senang menghabiskan uang orang tuanya. Setiap dia ingin membeli sesuatu, dia selalu bertanya.
“Bu, ibu lagi punya uang ga? Aku mau sesuatu.” Ibunya tak pernah langsung bilang tak ada.
“Aku mau beli X bu. Harganya Rp. X?” Ibunya diam karena memang barang yang diinginkan cukup mahal. Tapi jika ibunya tidak berkomentar, dia langsung bilang…
“Eh gak juga gapapa sih bu. Hehe”
***

Anak laki-lakinya ini ingin selalu dengan ibunya
“Bu, nanti kalau Ade udah kerja ibu ama siapa?”
“Gapapa ibu sendiri aja.”
“Bener niiiih? Beneeeerr? Nanti nangis lagi kalau ditinggal kerja jauhh.Nanti ibu kangen ade. Huuu” Katanya meledek.
“Iya silahkan ade mau kerja di tempat yang jauh ibu gak apa apa ko.”
“Ya udah kalau nanti aku kerja, ibu ikut aku aja ya.”
:(
***

Sebelum dia meninggal, beberapa minggu sebelumnya dia selalu tidur dengan ibunya. Katanya dia selalu ketakutan. Dia selalu menelepon ibunya untuk segera cepat pulang.
“De, mau dibawain apa? Iya ibu bentar lagi pulang ya sayang”
“Ga usah. Ibu aja cepet sini. Pulang.”
Walaupun sedang dalam keadaan sakit, dia masih mengkhawatirkan kondisi ibunya.
“Bu, gapapa ibu ntar tiap malem kebangun buat bikinin aku makanan?”
Damn sweet you.
***

Hingga akhirnya hari itu tiba. Jam 3 malam tanggal 5 April 2012. Kondisinya sudah semakin drop. Dokter bilang kita semua cuma tinggal berdoa. Bapa, ibu, dan kakaknya sudah mengelilinginya di rumah sakit.
“Ada sesuatu yang membuat leher tante tertahan ketika harus mengatakan ‘Ya, ambillah anakku. Kami sudah ikhlas jika itu yang terbaik’ kepada Allah. Berat rasanya harus mengatakan itu.”
Sambil menutup mata anak laki-lakinya, wanita itu berkata “Ade maafin ibu ya. Ibu juga maafin ade. Pergi yang tenang ya nak.”
***

Kasih ibu kepada Ade.
Tak terhingga sepanjang masa.
Hanya memberi tak harap kembali.
Bagai sang surya menyinari dunia

Mailida, November 2012

Comments

  1. Damn! :') Lida..... aaaahhh he such a wonderful boy.
    Subhanallah ini pasti Ato, subahanallah...
    ah spechless deh...
    Dia orang baik banget, dia pasti ada di tempat yang pantas disisi Allah, semoga Allah mengampuni segala dosa dia, amiin.
    Semoga dia jadi inspirasi buat yang lain, sudah untuk saya.

    ReplyDelete
  2. Yeaaaa memang ato sebagai anak itu cool banget! Dia juga inspirasi saya. Insya Allah pasti ada tempat terbaik buat anak berbakti mah :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mengatur Belanja Seminggu

Selama saya menikah, pengeluaran yang gak kekontrol itu pengeluaran makan. Awalnya, sebelum bikin meal preparation setiap minggunya, yang saya lakukan adalah belanja ke pasar setiap hari pulang kantor ((( setiap hari )))).  Dan itu boros banget. Mana sisa makanan pada kebuang karena busuk. Belum lagi sayur yang gampang layu dan gak bisa diolah. Yah.....namanya juga learning by doing ya. Akhirnya saya nemu cara belanja yang jauh lebih efektif, efisien, dan ekonomis. Namanya meal preparation . Dilakukan seminggu sekali dan disimpan dengan baik ke dalam storage box. Sekarang jadwal wajib saya setiap minggu pagi adalah ke pasar tradisional atau pasar modern diantar abang. Beli sayur dan lauk untuk keperluan seminggu ke depan. Dan tau gak sih, ternyata kalau kita well planned, pengeluaran makanan bisa sangat efisien. Manfaat yang saya dapet itu,  Bahan makanan pas habis dalam seminggu hampir tanpa sisa yang kebuang Hemat waktu dan hemat energi Pengeluaran makan gak boros Lebih

Pesan Moral Manusia ½ salmon

Beberapa menit yang lalu saya baru aja selesai baca buku nya raditya dika yang baru yang judulnya manusia setengah salmon. Awalnya agak sinis ama isi buku ini. Saya pikir, “Ah paling buku humor guyonan biasa aja. Ala raditya dika aja lah gimana. Lumayan lah buat cekakak cekikik. Itung-itung hiburan.” Saya pun sempet nyesel sebelum membaca buku itu secara keseluruhan. Tau gitu beli buku lain yang lebih bermutu. Yang lebih berat. Yang kontennya ‘lebih pintar’. Pikir saya. Ibu saya pun sempet nanya pas saya mau bayar ke kasir. “ Jadinya beli buku itu? Ngasih manfaat gak?” Di dalem hati saya menjawab. Let me see. Setelah beberapa hari buku itu terbengkalai, akhirnya saya baca juga ampe selesai. Emang sih banyak banget cerita yang bikin saya cekakak cekikik ampe ketawa-ketawa sendiri. Ok, it’s so raditya dika. Saya gak kaget. Hingga akhirnya saya berada di chapter terakhir buku ini. Chapter yang bikin saya mengemukakan pertanyaan monolog di otak saya. Is that you, raditya dika

Bahagia & Dian Sastrowardoyo

Apa itu bahagia? Semua orang menginginkannya. Hari ini saya mendapatkan sebuah pelajaran lagi tentang apa itu bahagia. *** Sebuah wawancara, Hitam Putih – Dian Sastrowardoyo “ Aku itu ambisius banget. Aku itu banyak mau. Tapi ternyata aku baru sadar dunia ini lebih enteng kalau kita gak terlalu ambisius-ambisius amat. Karena I have everything that I want to ternyata.” Waktu hamil, karirnya sedang berada di puncak. Awalnya agak menyalahkan kehamilan ini, tapi setelah syaelendra lahir dia bahagia sekali. Jika dirunut kebelakang, Dian adalah seorang yang ambisius dari kecil. Menurutnya, definisi ambisius adalah focus dan determine banget untuk mencapai apa yang dia mau. Dari umur 10 tahun dia sudah ingin sekolah di luar negeri more than anything in the world. Di umur segitu dia melakukan riset bagaimana caranya mendapatkan uang banyak agar bisa membiayai sekolahnya di luar negeri. Ternyata menjadi artis adalah salah satu cara untuk mendapatkan uang banyak karena ibunya