ALANDA Sudah halaman ke 100. Dua laki-laki berkacamata yang sedari tadi sibuk berdiskusi di depan ku pun sudah mulai pergi. Secangkir kopi panas yang sudah mau habis seakan isyarat bahwa aku sudah cukup lama berada disini. Bosan dengan buku yang kubaca, aku pun pergi ke rak buku fiksi dan menggantinya. Sebuah kedai buku menjadi saksi bisu penantian ku atas kedatangan dirinya. Sudah 3 jam dan Abilaga belum datang juga ABILAGA Sesak kota metropolitan membuat diriku naik pitam. Klakson mobil menjadi pelampiasan amarah yang tak tersampai. Kancing kemeja sudah terbuka dua. Peluh keringat mengalir lancar tak seperti kemacetan yang berada di depannya. Tanganku meraih buku agenda hitam di jok belakang. Memastikan keraguan ku bahwa hari ini memang giliran Alanda. MEDINA Aku selalu setia menunggu senja datang. Tak kuhiraukan panggilan Ibu yang terus saja memaksaku untuk masuk. Badan ini memaku melihat pesona sore yang begitu dramatis. Aku selonjorkan badan ku menghadap langit. Se...
world, word, home