Skip to main content

Ia Jual, Aku Beli

Tulisan yang dimuat di writingsessionclub.blogspot.com
Tema : BELANJA

Matahari sudah bersiap untuk terbenam. Aku sedang asyik berjalan kaki menyusuri daerah Dago. Riuh rendah suara pedagang yang sedang menjajakan dagangannya terdengar harmonis dengan suara mobil yang berseliweran. Kolak, candil, es kelapa muda, menjadi pemandangan umum yang aku lihat di sepanjang jalan setiap bulan ramadhan.

“ Pak, café Gotcha dimana ya pa ?” Seorang petugas parkir ku hampiri. Dia menggeleng. Sepertinya ia terlalu sibuk hanya untuk menanggapi pertanyaanku.

Setiap jalan ku susuri satu persatu. Mencari alamat yang tertera di brosur yang aku dapatkan dari teman.

Café Gotcha Jl.Tubagus Ismail 8. No 9

Dimana itu? Katanya sih tinggal lurus, belok, lurus, belok. Informasi seperti itu tak mempermudah jalan ku.

Kini tenggorokan ku mulai meronta. Kaki ku pegal. Keringat sudah mengucur deras. Tapi demi beberapa potong baju lucu dengan harga murah, tak mengapa bagi ku.

Berbelanja bisa menghilangkan rasa stress ku yang sudah membuncah akhir-akhir ini. Setidaknya focus ku beralih ke baju-baju. Harus ada sesuatu yang membuat ku melupakan sejenak persoalan percintaan yang menyesakkan.

Kapasitas otak ku hampir habis dipenuhi oleh memori tentang dirinya. Buat ku, belanja dapat sedikit menguapkannya. Aku tak lagi butuh psikiater jika sudah berbelanja.

Jika satu baju diibaratkan sebagai satu butir pil penyembuh sakit hati, mungkin semua baju di toko itu akan ludes habis diborong oleh ku.

Sudah puluhan meter aku berjalan, akhirnya ku temukan juga Rumah Sakithati ini. Teman ku sudah berada di sana. Menunggu ku yang tak kunjung datang.Terlihat dari jauh dia menyilangkan tangan. Kakinya dihentakan cepat sekali.

“ Siap? Gue mau cepet-cepet penyembuhan.” Ucap ku menatapnya mantap. Dia tak menjawab dan segera menarik tangan ku masuk ke dalam.

Ku pikir tumpukan gadis-gadis remaja yang berdesakan lebih banyak dibandingkan tumpukan baju yang berada di depan ku. Mereka sibuk menggeser hanger dengan tak santai. Berpindah dari satu booth ke booth lainnya mencari baju yang cocok untuk dirinya.

Terlihat segerombolan geng wanita bergaya urban memenuhi booth yang memasang papan bertuliskan Rp3000-Rp 15.000, mereka terhanyut dalam buayan harga murah. Aku dan teman ku berjalan menuju ruangan di pojokan. Memilih untuk menenggelamkan diri di sana. Pantas saja tak banyak yang datang ke booth yang satu ini, tulisan Rp 50.000 hingga Rp 80.000 mungkin cukup menakutkan untuk standar harga sebuah baju bekas.

Aku tak mengerti mengapa orang-orang itu menitipkan baju nya untuk di jual disini. Tak jarang aku menemukan baju yang masih layak dan sangat bagus untuk dipakai. Ternyata sesuatu yang menurut mereka sudah tak berharga, mungkin saja masih memiliki nilai manfaat bagi orang lain. Aku menyimpan banyak baju di lengan ku untuk akhirnya ku sortir yang paling bagus. Sudah hampir satu jam aku disini. Melakukan penyembuhan batin yang menyenangkan. Rasanya damai sekali satu jam tanpa pikiran tentang dirinya. Benar saja, memori tentang dirinya menguap seketika.

Jika baju-baju itu dapat berbicara, mereka akan berterimakasih kepada ku karena telah menampungnya setelah dicampakkan oleh pemilik sebelumnya. Garage sale bagaikan media perpindahan untuk para baju, serah terima dari kekasih lama yang membuangnya kepada kekasih baru yang sangat menginginkannya.

Aku bergegas ke arah kasir, membayar pil-pil yang kubeli ini. Namun langkah ku terhenti oleh pemandangan ironis yang berada di depan ku. Sebuah kaos berwarna biru bertuliskan I only date supermodelberada di tumpukan booth dengan papan bertuliskan Rp20.000-30.000 di atasnya. Aku menunduk. Mata ku mengarah kepada baju yang ku kenakan.

“ I only date Rockstar”. Bisikku membaca tulisan di baju yang ku pakai. Aku mulai mengontrol emosi ku. Berharap apa yang aku pikirkan tidak benar. Ku ambil baju biru tersebut dan mengecek lapisan dalamnya.

Ternyata benar. Ada tulisan M&B di sana. Air mata ku jatuh tak tertahan. Teman ku kebingungan melihat ku menangis di sampingnya. Aku segera merogoh telepon genggam di saku celana.

“ Bimo, kenapa di jual?”

“ Hah?” Nada suaranya terdengar kebingungan. Terdapat sedikit jeda tanpa suara diantara kita. Hingga akhirnya dia mulai mengerti arah pertanyaanku.

“Oh itu”

“ Aku hanya menjual sesuatu yang sudah lagi tak berguna bagi ku”

Aku tak tahan mendengarnya. Segera telepon itu kumatikan. Percakapan kami berakhir. Kegiatan penyembuhanku ternyata hanya menciptakan luka baru.

Kaos couple itu menyimpan banyak memori. Kaos yang selalu kami kenakan jika anniversary. Aku mengambil kaos biru itu dan menaruhnya di lengan ku. Masih tercium aroma tubuhnya menempel di situ.

Dia menjual kenangan kami seharga tiga puluh ribu. Dan aku membelinya.

Mailida, Agustus 2011

Message bod

Comments

Popular posts from this blog

Mengatur Belanja Seminggu

Selama saya menikah, pengeluaran yang gak kekontrol itu pengeluaran makan. Awalnya, sebelum bikin meal preparation setiap minggunya, yang saya lakukan adalah belanja ke pasar setiap hari pulang kantor ((( setiap hari )))).  Dan itu boros banget. Mana sisa makanan pada kebuang karena busuk. Belum lagi sayur yang gampang layu dan gak bisa diolah. Yah.....namanya juga learning by doing ya. Akhirnya saya nemu cara belanja yang jauh lebih efektif, efisien, dan ekonomis. Namanya meal preparation . Dilakukan seminggu sekali dan disimpan dengan baik ke dalam storage box. Sekarang jadwal wajib saya setiap minggu pagi adalah ke pasar tradisional atau pasar modern diantar abang. Beli sayur dan lauk untuk keperluan seminggu ke depan. Dan tau gak sih, ternyata kalau kita well planned, pengeluaran makanan bisa sangat efisien. Manfaat yang saya dapet itu,  Bahan makanan pas habis dalam seminggu hampir tanpa sisa yang kebuang Hemat waktu dan hemat energi Pengeluaran makan gak bor...

Pesan Moral Manusia ½ salmon

Beberapa menit yang lalu saya baru aja selesai baca buku nya raditya dika yang baru yang judulnya manusia setengah salmon. Awalnya agak sinis ama isi buku ini. Saya pikir, “Ah paling buku humor guyonan biasa aja. Ala raditya dika aja lah gimana. Lumayan lah buat cekakak cekikik. Itung-itung hiburan.” Saya pun sempet nyesel sebelum membaca buku itu secara keseluruhan. Tau gitu beli buku lain yang lebih bermutu. Yang lebih berat. Yang kontennya ‘lebih pintar’. Pikir saya. Ibu saya pun sempet nanya pas saya mau bayar ke kasir. “ Jadinya beli buku itu? Ngasih manfaat gak?” Di dalem hati saya menjawab. Let me see. Setelah beberapa hari buku itu terbengkalai, akhirnya saya baca juga ampe selesai. Emang sih banyak banget cerita yang bikin saya cekakak cekikik ampe ketawa-ketawa sendiri. Ok, it’s so raditya dika. Saya gak kaget. Hingga akhirnya saya berada di chapter terakhir buku ini. Chapter yang bikin saya mengemukakan pertanyaan monolog di otak saya. Is that you, raditya dika...

Flashback

If you carry your childhood with you, you never become older Tom Stoppard Udah lama banget deh pengen nulis tentang masa SD saya di SALMAN, tapi selalu aja gak sempet dan gak ada waktu. Males sih sebenernya. Hahaha . Mangkanya mumpung gak males, saya pengen cerita deh Masa SD saya yang super menyena ngkan. And the story begin..... EX-CALIBUR Dulu pas zaman SD saya punya dua geng. Geng pertama namanya excalibur, anggotanya Saya, Putri , Kania , Hamdan , Bajay , Rian . Sayangnya kita bukan geng anak manis. Yah bisa dibilang partner in crime lah. Kita punya markas di bawah bunga bougenvil di deket pintu masuk sekolah. Gila ya how small nya kita dulu ampe cukup duduk ber 6 di bawah ta naman bougenvil. Disana kita sering rapat. Dan kalian tau apa yang kita rapatin? Ini nih topik rapat kita. " Dimana lagi ya markas kita selanjutnya? " Setelah mendapatkan conclusion dari rapat tersebut, akhirnya kita pindah markas. Setelah markas baru sudah di tentukan, kita rapat lagi un...