Skip to main content

Harmonika di Azzura

Rintikan hujan terakhir menetes di depan ku. Syukurlah sudah reda. Kulihat wanita tersebut kembali duduk di kursi dekat trotoar sambil sedikit meraba-raba. Menghirup wangi hujan lalu kembali memainkan harmonica. Setelah sebelumnya dia meneduh di depan Louvre Bakery sambil menggigil kedinginan.

Dan aku tepat berada di sebrang wanita itu. Di Azzura, Café and Book Shop. Paris di bulan Desember memang selalu saja hujan. Sudah menjadi suatu ritual wajib bagi para urban seperti ku untuk menghabiskan sore hari sambil menikmati secangkir kopi rempah dan membaca sebuah buku.

Air hujan yang turun menciptakan embun di kaca jendala tempat dimana aku duduk. Aku pun menyapu embun yang mulai menghalangi pandangan ku. Wanita itu disana, dan masih memainkan harmonica nya. Terdengar sayup sayup dia memainkan sebuah lagu.

The sun is out, The sky is blue

There`s not a cloud, To spoil the view

But it`s raining

Raining in Paris

I love paris in the spring time

I love paris in the fall

Why do I love paris?

Because my love oh so near.

Setiap plat-plat logam yang dia tiup membuat semua orang berdecak kagum. Para pejalan kaki menghentikan langkah nya hanya untuk mendengarkan suara Harmonika yang dia mainkan. Wajahnya yang sendu selalu memainkan lagu mendayu. Dia membuat Paris terasa sangat hangat.

Semua lagu yang dia mainkan bagaikan magis yang membuat setiap orang yang mendengar akan tersihir,diam, dan terpaku. Bagaikan mendengar lantunan nada dari surga. Kau akan di manjakan oleh suara merdu harmonica nya. Rasanya seperti ada kupu-kupu yang menari di perutmu.

Topi berjaring hitam yang bertengger di kepalanya membuat dia terlihat sangat cantik. Sesekali dia membuka topi nya. Kulihat Rambut hitam terurai panjang tersibak angin. Aku akan bertanya pada langit, apakah dia lupa membawa bidadari nya kembali?

Saat sedang merebahkan badan, dia terkejut karena ada benda asing di samping nya. Tampaknya dia baru menyadari ada yang lain dengan kursinya hari ini. Seseorang menyimpan mantel bulu di sampingnya. Dia tampak kebingungan. Namun, karena udara semakin dingin, dia tak memusingkan darimana mantel itu muncul dan langsung memakainya.

Di depan ku terlihat tiga gadis mean girl yang sedang membicarakan berat badan. Mereka terlihat sangat sibuk mengukur pinggang masing-masing. Sembari membicarakan barang-barang mahal dan memamerkan kekayaan. Mereka tak akan pernah peduli bagaimana nasib orang-orang yang kelaparan di Ethiopia. Yang mereka pedulikan hanyalah model terbaru Swarovski Kristal. Aku tak pernah suka dengan tipe wanita seperti itu. Kecantikan nya hanyalah keburukan yang sudah di beri topeng. Tapi wanita ini? Kesederhanaannya lah yang dari dulu membuat dia terlihat sempurna di mataku.

Seorang pelayan datang menghampiri ku sambil membawa daftar menu, “Rien d`autre qui a ete commande?”

Non, merci” Aku menggeleng. Pelayan itu pun pergi meninggalkan ku.

Setiap hari setelah pulang bekerja, aku selalu menghabiskan sore ku di Azzura. Duduk di kursi dekat jendela agar bisa lebih dekat dengan si wanita pelantun harmonica. Aku sudah memesan khusus kursi ini untuk jam lima sore hingga delapan malam. Dimana dia mulai bermain harmonica. Resikonya, aku membayar dua kali lipat untuk semua pesanan yang kupesan.

Aku tak lagi mendengar lagu Raining in Paris. Aku pun menoleh ke arah nya. Ternyata harmonika nya terjatuh. Dia sibuk mencari kesana kemari. Aku segera memanggil pelayan untuk membantu wanita itu mendapatkan kembali harmonica nya yang terjatuh. Setelah itu dia kembali meniupnya.

Dari jauh kulihat segerombolan lelaki pemabuk yang setiap hari selalu mengganggunya. Awalnya kubiarkan, namun tidak untuk hari ini. Tanpa buang waktu akupun berlari menahan mereka. Sementara dia terus saja memainkan harmonica. Hingga tak sedikitpun menyadari ada keributan kecil di sebelah nya. Aku tak akan membiarkan siapapun menyentuhnya. Segerombolan lelaki pemabuk tersebut lari terbirit-birit sambil membawa memar di pipi nya.

Namanya Luna. Bella Luna. Seorang gadis Irlandia yang memiliki mata bagaikan kaca. Luna terus saja memainkan lagu Raining in Paris. Semakin larut semakin keras. Sesekali dia meminum air mineral yang ada di kantong nya. Kasihan, dia pasti letih. Orang-orang sekitar pun mulai melemparkan koin untuk nya. Tapi tak pernah sekalipun dia memungutnya.

Dengan tidak membuat banyak suara, aku memungut setiap koin yang berjatuhan. Mengumpulkannya dan menaruh tepat di samping Luna. Pada saat inilah aku bisa berada sangat dekat dengan nya. Walaupun secara emosi terasa sangat jauh. Kau tahu? Jarak terjauh bukan lah di Negara mana kita berada, jarak terjauh adalah ketika dia berada sangat dekat dengan mu tapi tak saling menyapa.

Sudah waktunya makan malam, seperti biasa aku menyuruh pelayan Azzura untuk memberikan nya satu potong sandwich tuna. Kulihat dari jauh dia begitu lahap memakan nya. Aku selalu ingin tertawa melihat cara nya makan. Entahlah, lucu saja.

Malam ini suhu udara mencapai 8 derajat. Ku lihat Luna memeluk dirinya dengan erat. Sambil mengusap usap kan tangan pada mantel bulu yang dipakainya. Dia sendirian dan terlihat letih. Tak lagi kutemui senyum di wajah nya. Kuharap aku bisa berada disitu dan menghangatkannya. Tapi, tak bisa. Padahal pelukan adalah cara lengan menuturkan pada dunia bahwa bahagia itu sederhana.

“ Aku tau kau pasti berada disini “ Tiba-tiba Alia datang membuyarkan lamunan ku. Dia duduk di kursi samping sambil melihat ku yang terus memandangi Luna. Alia menggelengkan kepala.

Alia melihat ke arah ku, lalu ke wanita itu, dan mengakhiri pandangan nya kepada ku. Seperti isyarat tak percaya bahwa aku bisa bertahan untuk tak menyapa dan mendekati nya. Selama 3 tahun belakangan.

Luna dan aku hampir saja menikah. Namun kecelakaan tragis di malam itu membuatnya kehilangan penglihatan. Dan juga memori nya. Luna sempat terkena gangguan jiwa, karena dia mengalami trauma psikis yang cukup berat. Hanya ada satu cara untuk menghilangkan trauma atas kecelakaan nya, obat propranolol. Sebuah penemuan terbaru di bidang kedokteran yang dapat menghilangkan trauma psikis atas sesuatu. Namun efek samping yang di timbulkan adalah sebagian memori nya akan hilang. Memori yang akan terhapus adalah memori yang paling kuat dan terakhir dia ingat. Obat itu berhasil membuat nya sembuh, tapi dia tak ingat aku. Hingga kini.

Dokter Nadher menyarankan agar dia tidak lagi di ingatkan dengan memori nya yang telah hilang, karena akan merusak system kerja otak yang sudah menghapus memori nya secara permanen. Suara, sentuhan, dan penglihatan tentang ku tak boleh di ingatkan padanya. Jika saraf otak nya terganggu, dia akan kembali menjadi seperti orang gila. Dokter Nadher mengatakan, memori tentang ku tidak sepenuhnya terhapus, hanya saja memori tersebut tersimpan di alam bawah sadar. Itu artinya, dia hanya akan mengingat ku di alam mimpi. Namun jika dia telah terbangun dari tidurnya, dia akan tetap melupakan mu.

Tak ada yang lebih menyakitkan daripada di lupakan selamanya.

Aku kembali membaca buku. Tak terasa kopi rempah ku tinggal setengah. Alia memanggil pelayan untuk memesan kopi rempah selanjutnya. Tapi aku menahan nya. Mata ku terhenti di halaman 53, raut muka ku berubah seketika. Alia mulai kebingungan. Aku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa memahami setiap kata yang tertulis di dalam buku itu.

KENANGAN

Waktu akan selalu berjalan ke depan, namun memori cenderung bergerak mundur ke belakang.Untuk bisa melanjutkan kehidupan mu, jangan bergerak mundur mendekati sesuatu yang sudah seharusnya kau tinggalkan dari dulu. Tanpa kau sadari, itu seperti mengucapkan mantra pemanggil yang membuat kenangan mu selalu datang kembali.

Memang menyakitkan melakukan perpisahan sendirian. Tapi itu lebih baik daripada terkurung dalam ketidakpastian.

Anonim

-53-

Alia mengambil buku ku sembari membacanya. Tak lama kemudian dia merangkul ku sambil membisikkan sesuatu.

“ Tenang saja, kalau kau mau, kita akan menemuinya setiap minggu. Sudah lah. Tak ada lagi yang bisa kau lakukan dengan nya. Percuma. Aku sudah bersabar selama tiga tahun. Ini sudah waktu nya.“ Alia tersenyum kepada ku.

Aku mengalihkan pandangan kepada wanita di ujung sana. Yang sedang melantunkan nada harmonika selanjutnya.

Forget me and living well

Treat me like someone you`ve never know

Just pretend like we never met before

May be I never saw you

May be i didn`t catch your name

But it never really mattered

I will always feel the same

So please baby, go on and living well

Terkadang aku merasa lantunan nada harmonica yang dia mainkan adalah penghubung antara aku dan diri nya. Dia benar, sudah seharusnya aku melangkah ke depan. Mengubur semua memori bersama Bella Luna. Aku tahu, dia akan baik-baik saja. Seluruh Paris akan menjaga nya.

“ Baiklah, Tak ada lagi Bella Luna. Tak ada lagi harmonica di Azzura. “ Aku menarik tangan Alia untuk segera pergi dari sini selamanya. Ku lihat Luna sedang berjalan ke arah berlawanan menggunakan tongkat nya menyusuri jalan. Walaupun udara sangat dingin, aku tak akan khawatir. Karena dia mengenakan mantel bulu yang ku berikan. Hati-hati, my Bella Luna.

***

Terkadang, tidak semua cerita yang kita inginkan harus berakhir bahagia…..

Mailida, Juni 2011

Comments

Popular posts from this blog

Mengatur Belanja Seminggu

Selama saya menikah, pengeluaran yang gak kekontrol itu pengeluaran makan. Awalnya, sebelum bikin meal preparation setiap minggunya, yang saya lakukan adalah belanja ke pasar setiap hari pulang kantor ((( setiap hari )))).  Dan itu boros banget. Mana sisa makanan pada kebuang karena busuk. Belum lagi sayur yang gampang layu dan gak bisa diolah. Yah.....namanya juga learning by doing ya. Akhirnya saya nemu cara belanja yang jauh lebih efektif, efisien, dan ekonomis. Namanya meal preparation . Dilakukan seminggu sekali dan disimpan dengan baik ke dalam storage box. Sekarang jadwal wajib saya setiap minggu pagi adalah ke pasar tradisional atau pasar modern diantar abang. Beli sayur dan lauk untuk keperluan seminggu ke depan. Dan tau gak sih, ternyata kalau kita well planned, pengeluaran makanan bisa sangat efisien. Manfaat yang saya dapet itu,  Bahan makanan pas habis dalam seminggu hampir tanpa sisa yang kebuang Hemat waktu dan hemat energi Pengeluaran makan gak bor...

Pesan Moral Manusia ½ salmon

Beberapa menit yang lalu saya baru aja selesai baca buku nya raditya dika yang baru yang judulnya manusia setengah salmon. Awalnya agak sinis ama isi buku ini. Saya pikir, “Ah paling buku humor guyonan biasa aja. Ala raditya dika aja lah gimana. Lumayan lah buat cekakak cekikik. Itung-itung hiburan.” Saya pun sempet nyesel sebelum membaca buku itu secara keseluruhan. Tau gitu beli buku lain yang lebih bermutu. Yang lebih berat. Yang kontennya ‘lebih pintar’. Pikir saya. Ibu saya pun sempet nanya pas saya mau bayar ke kasir. “ Jadinya beli buku itu? Ngasih manfaat gak?” Di dalem hati saya menjawab. Let me see. Setelah beberapa hari buku itu terbengkalai, akhirnya saya baca juga ampe selesai. Emang sih banyak banget cerita yang bikin saya cekakak cekikik ampe ketawa-ketawa sendiri. Ok, it’s so raditya dika. Saya gak kaget. Hingga akhirnya saya berada di chapter terakhir buku ini. Chapter yang bikin saya mengemukakan pertanyaan monolog di otak saya. Is that you, raditya dika...

Flashback

If you carry your childhood with you, you never become older Tom Stoppard Udah lama banget deh pengen nulis tentang masa SD saya di SALMAN, tapi selalu aja gak sempet dan gak ada waktu. Males sih sebenernya. Hahaha . Mangkanya mumpung gak males, saya pengen cerita deh Masa SD saya yang super menyena ngkan. And the story begin..... EX-CALIBUR Dulu pas zaman SD saya punya dua geng. Geng pertama namanya excalibur, anggotanya Saya, Putri , Kania , Hamdan , Bajay , Rian . Sayangnya kita bukan geng anak manis. Yah bisa dibilang partner in crime lah. Kita punya markas di bawah bunga bougenvil di deket pintu masuk sekolah. Gila ya how small nya kita dulu ampe cukup duduk ber 6 di bawah ta naman bougenvil. Disana kita sering rapat. Dan kalian tau apa yang kita rapatin? Ini nih topik rapat kita. " Dimana lagi ya markas kita selanjutnya? " Setelah mendapatkan conclusion dari rapat tersebut, akhirnya kita pindah markas. Setelah markas baru sudah di tentukan, kita rapat lagi un...