Skip to main content

Kotak Merah Rajata

“ Ap? Tap! Baiklah aku akan me. “ Tuut..Tuut..Tuut.

***

Aku menghela nafas panjang. Telepon ku dengan seenaknya dia matikan. Dia benar-benar tidak memberikan kesempatan ku untuk berbicara. Aku menggerutu kesal sambil menendang tong sampah hitam besar di samping ku. Dan aku tak pernah menyangka bahwa tendangan ku dapat membuat tong sampah tersebut jatuh berguling-guling hingga isi nya berceceran keluar. Errr. Menjijikan. Sambil sedikit membereskan asal, aku mengendap-ngendap untuk bergegas pergi keluar.

“ Jika aku sudah tak bekerja disini, sepertinya aku bisa menjadi Atlet bela diri kelak. Haha“ Gumam ku pelan. Aku pun melarikan diri dan berjalan sangat cepat, mungkin hampir berlari. Meninggalkan sampah tersebut berserakan berharap tidak ada satu pun yang me-li-hat. Jalan ku melambat.

Terlambat.

Tepat di depan ku sesosok wanita paruh baya bengis tak punya hati sedang berdiri sambil mengangkat dagu nya tinggi. Matanya menyipit sinis ke arah ku seakan-akan mengatakan HEY-KAU-GADIS-BODOH-YANG-CEROBOH-DAN-TIDAK-BERTANGGUNG-JAWAB-CEPAT-BERESKAN-ATAU-KU-PANGGIL-SATPAM !!

Tamat lah riwayat ku. Karir ku sampai disini. Oh Tuhan, kau terlalu cepat mengabulkan doa ku tentang menjadi Atlet Bela Diri. Aku hanya bergurau.

Sesosok wanita paruh baya bengis tak punya hati tersebut adalah salah satu komisaris paling berpengaruh di kantor tempat aku bekerja. Aku pun tersenyum dan diam mematung di depan nya. Bukan senyum manis, tapi senyum kecut tanda penyesalan.

“ TUNGGU APA LAGI, NONA ME-GAN WI-JAYA !? “ Dia berteriak. Menyipitkan mata nya untuk melihat nama yang tertulis di ID pegawai yang ku gantungkan di dada. Sekarang dia mengetahui nama ku. Aku yakin setelah ini dia akan pergi ke bagian HRD untuk segera memecat ku. Atau mungkin dia tidak akan setega itu. Dia hanya akan memotong gaji ku bulan ini. Sial. Tak ada hukuman yang lebih mengerikan daripada pemotongan gaji.

Aku pun bergegas membereskan sampah sampah berserakan yang ku jatuhkan tadi. Si wanita paruh baya bengis tak punya hati itu terus mengawasi ku hingga dia memastikan bahwa semuanya sudah bersih dan rapih kembali. Aku mulai menyalahkan Rajata atas semua yang terjadi dengan ku tadi. Jika saja dia tidak membuat ku kesal di telepon tadi, aku tak mungkin menendang tong sampah dan di hukum seperti ini.

***

Waktu makan siang ku sudah terpotong puluhan menit karena kejadian tong sampah tadi. Rencana makan siang mewah di restoran jepang harus ku ubah menjadi makan siang seadanya di restoran cepat saji. Aku memesan satu gelas diet cola dan satu porsi french fries berukuran large. Cepat-cepat ku habiskan pesanan ku. Aku tak boleh terlambat, setelah ini aku ada janji meeting dengan ---KENAPA AKU BARU MENGINGATNYA SEKARANG? Dengan si wanita paruh baya bengis tak punya hati.

Bunuh aku sekarang juga.

Aku sudah berada di dalam lift menuju ruang meeting. Benar-benar panik. Hingga aku salah menekan tombol lantai dimana aku akan turun. Mengapa aku menekan tombol 23 ketika aku ingin naik ke lantai 17? Ku pikir 17 dan 23 tak ada kemiripan. Letak nya pun berjauhan. Ah sudahlah, abaikan.

Sambil berlarian aku mulai membenarkan kemeja ku yang sepertinya sudah mulai terlihat kusut, mengoleskan sedikit lipstick ke bibir ku yang pastinya sudah mulai pudar, sembari menghafalkan bahan presentasi nanti. Untuk saat ini aku bersyukur menjadi seorang wanita, karena aku dapat bermultitasking. Di saat genting tepatnya.

“ Selamat siang, maaf terlambat “ tanpa mengetuk pintu aku menerobos masuk dan mulai membereskan paper untuk memulai presentasi.

Terlihat di kursi samping si wanita paruh baya bengis tak punya hati memperhatikan gerak-gerik ku dengan serius. Berbisik kepada rekan sebelahnya seakan memastikan apakah ke khawatiran nya benar. Dia memperlihatkan raut keheranan seakan tak percaya bahwa kreatif manager yang akan presentasi di depan nya adalah aku. Si gadis bodoh yang ceroboh dan tidak bertanggung jawab.

Aku tak lagi memperdulikan tatapan kejam nya. Aku memulai presentasi dengan tenang layaknya wanita-wanita bangsawan inggris. Klasik dan anggun.

Presentasi ku tidak berjalan lancar, awalnya semua pihak menyetujui ide ku yang kupikir briliant. Namun ada satu orang (TAK PERLU KU JELAS KAN SIAPA ORANG NYA) yang menganggap ide untuk membuat sebuah acara musik klasik di taman kota adalah ide yang konyol dan tidak komersil. Dia benar-benar subjektif. Aku tak suka. Alhasil, aku harus mencari ide lain untuk presentasi besok.

Dasar kau wanita paruh baya bengis nenek sihir perawan tua monster kulit keriput kerdil timur sombong angkuh tak punya hati ! Fiuuh. Bukan salah ku jika nama panggilan nya semakin tak beretika.

Ini semua juga karena Rajata. Aku benar-benar tak akan memaafkan semua perlakuan nya yang berpengaruh terhadap kelangsungan karir ku.

Setelah semua pekerjaan ku selesai, aku pun bergegas pergi ke parkiran untuk segera mengambil mobil. Menemui lelaki yang menutup telepon ku tadi pagi. Ya, dia pacar ku. Yang sangat menyebalkan. Rasanya aku ingin menyalahkan semua kejadian hari ini kepadanya jika menemui nya nanti. Kami harus bertemu untuk menyelesaikan pertengkaran kami tadi pagi. Yang ternyata berdampak sangat buruk terhadap ku hari ini. Jika tak ingat aku sudah bersama nya selama lima tahun, sudah ku putuskan saja dia. Sifat nya yang posesive, selalu marah-marah, dan senang mengatur membuat ku tak tahan lagi dengan nya. Kadang aku berpikir, apa yang membuat ku masih bertahan bersama nya selama itu? Mungkin cinta.

Cinta? Akhir-akhir ini aku tak lagi merasakan cinta dengan nya. Pertengkaran sering sekali terjadi. Hubungan ini mulai membosankan. Semuanya menjadi kisah biasa yang masih bertahan hanya karena sudah terbiasa. Satu sisi ku masih terus ingin bersamanya. Siapa lagi yang lebih mengerti aku dibandingkan dia. Dengan nya aku tak perlu lagi menjelaskan mengapa aku tiba-tiba menjadi monster berdarah dingin pada setiap minggu ketiga . Itu adalah ketika aku mengalami datang bulan, dia sudah tahu. Namun satu sisi lain aku ingin lepas dari manusia menyebalkan sepertinya. Jadi aku harus bagaimana? Bagaimana??

Berhenti berpikir dan segera ke taman kota karena dia sudah menunggu lama. Kau tidak ingin ada perang dunia ke tiga kan?

Ku tancapkan gas dan menuruti suara yang tiba-tiba muncul di kepalaku. Walaupun aku kesal dengan nya, tapi aku takut jika dia mulai memarahi ku. Aku menambah kecepatan mobil ku hingga terdengar banyak sekali suara klakson di belakang. Pasti mereka sedang mengumpat ku atau mengeluarkan kata-kata kasar.

Di tengah jalan ban mobil ku kempes, mungkin ini kutukan pengemudi lain yang terkabulkan. Oh Tuhaan, aku pernah mengutuk seorang pengemudi ugal ugalan secara khusu` agar hidup nya tidak bahagia, bercerai empat kali, dan memiliki tiga anak cacat. Apakah kau juga mengabulkan nya? Aku pun merasa sedikit berdosa.

Aku mengamati jalanan sekitar dan sial nya tak ada bengkel, sial nya tak ada orang yang ku temui, sial nya hujan mulai turun, sial nya aku mulai kelaparan, sial nya handphone ku mati dan aku tak bisa menghubungi rajata. Sial sekali aku hari ini.

Tiba-tiba naluri warrior of Xena ku muncul. Jangan panggil aku megan wijaya jika aku menyerah dengan keadaan! Aku ambil jaket kulit ku lalu memberanikan diri keluar mobil menerobos hujan mencari bantuan. Hampir sekitar 50 meter aku berjalan kaki dan berteriak “Tolong-tolong” seperti orang gila. Tak ada yang mendengar. Tak ada yang keluar. Apakah hujan telah menenggelamkan semua umat manusia hingga hanya aku yang tersisa?

Hujan yang deras mulai menghalangi jarak pandangan ku. Aku mulai menggigil kedinginan. Suara petir yang menggelegar menciutkan nyali warrior of Xena. Kupikir Xena pun wanita, dia pasti memiliki rasa takut. Begitu pula aku. Aku mulai putus asa dan menangis sesenggukan. Aku merasa kesal karena aku pasti terlambat menemui Rajata yang artinya Perang Dunia ketiga akan di mulai, kedua karena aku belum menemukan ide pengganti untuk meeting besok, ketiga karena aku sendiri di tengah hujan.

Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke mobil. Pasrah atas kemalangan ku hari ini. Hujan pun mulai sedikit reda. Di tengah jalan aku melihat sebuah baligo besar tentang asuransi cadangan masa tua. Sekali aku melihat baligo itu, lalu melihat nya dua kali, tiga kali, empat kali, hingga lima kali. TUNGGU. Aku pun terdiam sejenak. Dan merasa pertolongan Tuhan sudah datang.

ASURANSI CADANGAN MASA TUA = CADANGAN = BAN CADANGAN !?

Kenapa aku baru memikirkan nya sekarang? Aku pun bergegas lari ke mobil dan mulai mengganti ban yang kempes dengan ban cadangan yang berada di bagasi. Kini tangisan ku berubah menjadi tangisan haru. Jika saja aku tidak terlalu panic dan berpikir dengan akal sehat, aku tak perlu melakukan drama panjang dengan hujan.

Taman Kota, 18:08. Dan aku terlambat satu jam. Disini tak hujan sedikit pun. Aku terlihat bodoh karena basah kuyup sendirian. Rajata sudah berada disitu. Terlihat dari jauh dia sedang duduk membaca koran di kursi taman sambil menggenggam sebotol minuman kaleng. Jika dia memarahi ku setelah semua hal yang kualami hari ini, akan ku tendang diri nya hingga tak lagi menapak di Bumi.

Aku pun menyentuh bahu Rajata menandai kedatangan ku. Dan dia membalikkan badan nya.

“Oke. Brrr. Jangan me me marahi ku. Brrr. Aku tahu a a ku terlambat. Ta ta pi Brrrr kau harus dengar Brrr alasan ku Brrr!“ Aku mulai menyerang diri nya sebelum dia menyerang ku. Itu yang selalu aku lakukan jika aku melakukan kesalahan.

Rajata menatap ku yang sedang basah kuyup Lalu dia membuka jaket nya dan memberikan nya kepada ku. Dia tahu aku menggigil kedinginan. Rajata tersenyum dan tidak marah sedikitpun. Dia menyuruh ku untuk menunggu di sini dan dia pergi menghilang. Mau kemana dia? Mengapa perlakuan nya tidak seperti yang aku bayangkan?

Lima menit kemudian Rajata datang membawa segelas capucino hangat kesukaan ku. Aku masih bingung. Sambil menyeruput capucino tersebut, aku melihat Rajata dengan pandangan heran.

“ Tidak biasanya “

Rajata mulai bersikap aneh dan kupikir hari ini dia bisu. Dia terus memandangi ku dan berhasil membuat ku malu. Lalu dia memeluk ku sambil mengusap-usap kan tangan nya ke punggung ku. Memastikan bahwa aku sudah mulai merasa hangat.

“ Oke, oke, tunggu. Ada apa ini? ” Aku mulai melepaskan pelukan nya walaupun tak bisa ku pungkiri sudah lama sekali aku tak merasakan kenyamanan seperti tadi.

Rajata menggeleng dan mulai tertawa kecil melihat kebingungan ku.

“ Jika kau bukan rajata, maka keluar lah dari raga nya wahai roh gentayangan!“ Aku mulai membuat jarak dengan nya ketakutan.

“Sialan!” Rajata akhirnya berbicara. Dia mendekat dan mencubit pipi kiri ku keras sekali. “ Kau pikir aku kesurupan? Kurang Ajar! Kenapa kau terlambat? Aku menunggu mu lama sekali! ” Dia mulai membentak ku.

Dasar kau gadis bodoh!” Dia mulai memukul kepala ku.

“ Dungu! “ Dia memukul nya lebih keras lagi.

“ Ceroboh “ Menjewer telinga kanan ku.

“ Bodoh. “ Seperti tak puas lalu dia menjewer telinga kiri ku.

“ Wanita Aneh! “ Dan sekarang dia mendorong ku hingga hampir jatuh.

Sekarang aku baru yakin dia bukan roh gentayangan. Dia memang Rajata ku yang menyebalkan. Aku pun mulai merindukan suasana ini. Merindukan nya. Sudah lama sekali hubungan kita terasa sangat dingin. Kini aku mulai merasakan kehangatan hubungan yang sudah lama hilang.

Kami pun saling memukul satu sama lain. Hingga kami sadar sudah lama sekali kami tak ber interaksi seperti ini. Di tengah pertengkaran romantis yang kami lakukan, dia membuat lelucon lelucon bodoh yang membuat kami tertawa bersama. Oh Tuhan, aku sangat mencintai nya.

Rajata memeluk ku dan membisikan sesuatu, “ Kau ingat hari ini, sayang?

Aku melepaskan pelukan nya lagi, lalu bertanya kepada nya ada apa dengan hari ini?

Raut wajah Rajata berubah seketika. Tak semanis dua detik yang lalu. Lalu tangan kiri nya menarik tangan ku kasar,sakit sekali..

“ Kau memang gadis bodoh yang pelupa!! Dasar dungu!! Kau merusak moment!! Ayo kita pergi dari sini. Kita makan. Aku sudah lapar!! “

Rajata meninggalkan ku sendirian di belakang. Aku benar-benar kebingungan. Tak sengaja aku melihat tanggal di Koran yang dia tinggalkan.

18 April 2011

Oow. Itu artinya, itu artinya, tepat 5 tahun hubungan kita. Oh Tuhan, Rajata akan marah besar. Aku pun lari mengejar nya yang sudah mulai jauh di depan. Cepat-cepat ku raih tangan kanan nya yang ternyata menggenggam sebuah kotak berwarna merah.

“ Rajata, kau….. “ Air mata ku menetes.

Mailida, Mei 2011

Comments

Popular posts from this blog

Mengatur Belanja Seminggu

Selama saya menikah, pengeluaran yang gak kekontrol itu pengeluaran makan. Awalnya, sebelum bikin meal preparation setiap minggunya, yang saya lakukan adalah belanja ke pasar setiap hari pulang kantor ((( setiap hari )))).  Dan itu boros banget. Mana sisa makanan pada kebuang karena busuk. Belum lagi sayur yang gampang layu dan gak bisa diolah. Yah.....namanya juga learning by doing ya. Akhirnya saya nemu cara belanja yang jauh lebih efektif, efisien, dan ekonomis. Namanya meal preparation . Dilakukan seminggu sekali dan disimpan dengan baik ke dalam storage box. Sekarang jadwal wajib saya setiap minggu pagi adalah ke pasar tradisional atau pasar modern diantar abang. Beli sayur dan lauk untuk keperluan seminggu ke depan. Dan tau gak sih, ternyata kalau kita well planned, pengeluaran makanan bisa sangat efisien. Manfaat yang saya dapet itu,  Bahan makanan pas habis dalam seminggu hampir tanpa sisa yang kebuang Hemat waktu dan hemat energi Pengeluaran makan gak boros Lebih

Pesan Moral Manusia ½ salmon

Beberapa menit yang lalu saya baru aja selesai baca buku nya raditya dika yang baru yang judulnya manusia setengah salmon. Awalnya agak sinis ama isi buku ini. Saya pikir, “Ah paling buku humor guyonan biasa aja. Ala raditya dika aja lah gimana. Lumayan lah buat cekakak cekikik. Itung-itung hiburan.” Saya pun sempet nyesel sebelum membaca buku itu secara keseluruhan. Tau gitu beli buku lain yang lebih bermutu. Yang lebih berat. Yang kontennya ‘lebih pintar’. Pikir saya. Ibu saya pun sempet nanya pas saya mau bayar ke kasir. “ Jadinya beli buku itu? Ngasih manfaat gak?” Di dalem hati saya menjawab. Let me see. Setelah beberapa hari buku itu terbengkalai, akhirnya saya baca juga ampe selesai. Emang sih banyak banget cerita yang bikin saya cekakak cekikik ampe ketawa-ketawa sendiri. Ok, it’s so raditya dika. Saya gak kaget. Hingga akhirnya saya berada di chapter terakhir buku ini. Chapter yang bikin saya mengemukakan pertanyaan monolog di otak saya. Is that you, raditya dika

Bahagia & Dian Sastrowardoyo

Apa itu bahagia? Semua orang menginginkannya. Hari ini saya mendapatkan sebuah pelajaran lagi tentang apa itu bahagia. *** Sebuah wawancara, Hitam Putih – Dian Sastrowardoyo “ Aku itu ambisius banget. Aku itu banyak mau. Tapi ternyata aku baru sadar dunia ini lebih enteng kalau kita gak terlalu ambisius-ambisius amat. Karena I have everything that I want to ternyata.” Waktu hamil, karirnya sedang berada di puncak. Awalnya agak menyalahkan kehamilan ini, tapi setelah syaelendra lahir dia bahagia sekali. Jika dirunut kebelakang, Dian adalah seorang yang ambisius dari kecil. Menurutnya, definisi ambisius adalah focus dan determine banget untuk mencapai apa yang dia mau. Dari umur 10 tahun dia sudah ingin sekolah di luar negeri more than anything in the world. Di umur segitu dia melakukan riset bagaimana caranya mendapatkan uang banyak agar bisa membiayai sekolahnya di luar negeri. Ternyata menjadi artis adalah salah satu cara untuk mendapatkan uang banyak karena ibunya