Mariam berjalan diantara genangan air setelah hujan turun. Capung-capung beterbangan pertanda nostalgia nya segera di mulai. Hari ini di masa lalu, mariam masih mengenakan seragam putih abu-abu. Dia lihat sekeliling nya. Memutarkan badan 360 derajat sambil mengamati setiap perubahan yang tampak di depan nya. Sudah cukup lama dia meninggalkan tempat ini,pikirnya.
Setiap hal yang dia lihat disini mengingatkan nya pada memori di masa lalu. Kelas itu, lapangan itu, kantin itu, gudang itu, semua nya. Seakan-akan menjadi sebuah film documenter yang terputar kembali di pikiran nya. Film yang dimana dia lah aktor utama nya. Tak jarang mariam tersenyum sendiri jika mengingat masa remaja yang dia habiskan disini. Mariam pun merebahkan diri di kursi panjang dekat lapangan. Menikmati nostalgia nya sendirian. Sendirian? Ternyata tidak.
Dari kejauhan terlihat Burhan melangkah semakin dekat hingga akhirnya tak ada jarak antara dirinya dan Mariam. Duduk lah Burhan di sebelahnya. Tersenyum sambil menatap Mariam lekat.
“ Aku sudah baca surat mu. How do I know the truth if you didn`t ever say so?“ Mariam berkata sambil menatap kosong lapangan di depan nya.
Burhan menunduk, memperlihatkan raut penyesalan yang selama ini dia pendam. Rasanya dia ingin memutar waktu dan mengubah segalanya. Dia baru menyadari, hal yang tidak dia lakukan di masa lalu ternyata berdampak besar untuk masa depan nya. Burhan menyukai Mariam ketika masih memakai seragam putih abu-abu, namun dia merasa kecil untuk mengungkapkan hal besar itu. Dia pikir, bagaimana mungkin Mariam si gadis kaya, pintar, dan populer di sekolah nya akan menyukai seorang Burhan yang bodoh, miskin, memiliki kekurangan, dan hanya seorang anak penjaga sekolah.
Permasalahan kasta dan derajat keluarga membuat Burhan menyimpan perasaannya cukup lama. Dari dulu Burhan hanya menatap Mariam dari jauh. Mengagumi tapi tak bisa memiliki. Dia tak pernah bisa bicara apalagi menyapanya. Untuk memberikan senyum saja dia harus mengumpulkan keberanian dari jauh-jauh hari. Bagaimana mungkin Mariam akan mengetahui perasaanya, jika untuk menampakkan diri nya saja dia tak berani.
Kalau saja Mariam tau siapa yang tiap pagi selama tiga tahun selalu menyimpan setangkai mawar di mejanya. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, dia selalu membantu bapak nya untuk membersihkan kelas. Inilah kesempatan nya menyimpan mawar tersebut.
Seharusnya Mariam tau siapa orang misterius yang pernah menyimpan makanan di meja kelas nya ketika Mariam lupa membawa uang. Burhan memecahkan celengan nya hanya untuk membeli makanan mahal untuk Mariam.
Hari itu Aditya memarahi dan membentak Mariam di depan orang banyak. Aditnya adalah pacar Mariam saat itu. Seharusnya Mariam tau siapa yang mengempeskan ban motor Aditnya saat itu.
Burhan mengenal Mariam lebih dari yang orang lain tau. Mariam yang sering mengenakan jam tangan di tangan kanan, Mariam yang selalu memakai jaket abu-abu di hari Rabu, Mariam yang ramah dan selalu tersenyum lebar kepada setiap orang yang menyapanya, Mariam yang menyukai kupu-kupu,dan Mariam yang memiliki tahi lalat di mata kiri nya.
Seharusnya Mariam tau siapa yang selalu menyiram bibit tanaman nya di belakang sekolah. Hingga Mariam mengira tanamannya adalah tanaman ajaib karena tumbuh subur sendirian.Padahal dia jarang sekali mengurusnya.
Burhan lah yang menutup lubang besar di parkiran dengan semen bekas yang dia ambil dari gudang. Mariam pernah tersandung, jatuh, hingga terluka disitu.
Ketika Mariam mengalami kecelakaan dan sempat membutuhkan perawatan di rumah sakit, Burhan selalu datang dan mengintip nya dari jendela kamar dimana Mariam di rawat. Hanya untuk sekedar memastikan keadaannya sudah baik-baik saja. Dan itu selalu dia lakukan hingga Mariam keluar dari rumah sakit.
Hari itu hari terakhir sekolah, Burhan merasa sedih. Dia duduk termenung di depan gudang tempat dia tinggal bersama Ayahnya. Dia tak akan lagi melihat Mariam nya. Katanya Mariam akan pergi menuntut ilmu ke negeri kangguru. Akhirnya Burhan pun mengumpulkan keberanian nya untuk menulis segala yang dia lakukan untuk Mariam selama ini. Dia ingin Mariam tau tentang perasaan tulus nya. Namun keberanian nya itu menciut ketika dia melihat Mariam bersama Aditya kembali. Dia berpikir, tak ada gunanya surat itu di berikan.
Mariam pun pergi. Berkuliah disana. Dan tak pernah kembali. Mariam menikahi warga Negara Australia dan menetap disana. Burhan mencari alamat Mariam di Australia namun dia tak pernah mendapatkan nya.
Dia menyesal karena kekurangan yang dia miliki, dia tidak bisa mengatakan perasaannya secara langsung, dahulu. Surat itu pun tak pernah dia kirimkan. Hingga akhirnya Burhan mendapatkan informasi bahwa Mariam kembali ke Indonesia, dia pun mencari alamat Mariam dan mengirimkan surat tersebut. Burhan ingin Mariam menemuinya di sekolah ini. Surat itu pun sudah menguning dan tumbuh jamur di belakang nya. Surat itu menua, namun tidak dengan perasaan nya kepada Mariam. Dia adalah cinta pertama dan terakhir nya. Dan Burhan pun tak pernah bisa memberikan hati nya kepada orang lain. Dia tidak menikah hingga sekarang. Every sweet memories that he did would be last longer. Forever.
“ Bagaimana mungkin kau bisa menunggu ku selama ini? Mengapa kau tidak bicara dari dulu? Mengapa kau tidak datang pada ku hari itu dan mengatakan kau lah orang misterius itu? Cepat katakan mengapa. Jangan diam saja. Aku merasa bersalah karena membuat mu memendam hal ini cukup lama. Bicara pada ku. Katakan semua nya.“
Burhan terdiam. Dia baru sadar Mariam memang tidak pernah mengenalnya. Bagaimana mungkin Burhan bisa bicara sementara dia adalah tuna rungu. Burhan mengambil kertas dan menuliskan sesuatu
Mariam, aku tak bisa mengatakan apa-apa. Aku bisu. Kau baru tahu?
Mariam pun ikut terdiam. Suasana menjadi hening.Dia tak tau lagi apa yang harus dilakukannya. Namun keadaan, penantian dan kesetiaan Burhan membuat nya terharu dan tak terasa air mata nya mengalir deras.
“ Maafkan aku karena tak pernah menyadari keberadaan dan kondisi mu. Mungkin selama hidup ku aku tak mengenalimu, namun mulai hari ini hingga sisa umur ku, akan ku kenang diri mu selamanya, Burhan“
Itulah pertama kalinya Mariam menyebut namanya. Burhan tersenyum, mungkin Mariam tak pernah menjadi miliknya, namun menjadi kenangan di sisa umur Mariam sudah membuat nya bahagia.
Mariam pun pergi meninggalkan Burhan. Dia mengambil tongkat nya mencoba untuk berdiri. Tiba-tiba Alisha datang sambil berlarian..
“ Neneeek darimana aja? Ternyata nenek sama Pak Burhan. Aku nyari nenek di mobil, tapi nenek ga ada. Nenek, kapan sampai ke Indonesia? Tadi Ibu telepon aku katanya nenek mau jemput aku. Aku kangen neneeeek . Eh Pak Burhan, kalau nanti beres beres kelas terus ngeliat ada Dompet pink hello kitty, simpenin ya pak. Itu punya temen aku “ Alisha pun berkata sambil memeluk nenek nya.
Burhan mengangguk lalu pergi meninggalkan mereka sambil berjalan ringkih. Mariam tak berhenti menatap nya hingga Burhan sudah berada di titik tak terlihat. Sambil memeluk Alisha, Mariam berkata dalam hati
Lanjutkan kehidupan mu, Burhan….
Seperti telepati, Burhan membalas nya dalam hati
Kehidupan ku adalah mengenang mu. Itu saja sudah cukup.
Mailida, Maret 2011
Comments
Post a Comment