“ Kekhawatiran yang berlebihan itu seperti mikroskop. Memperbesar sesuatu yang seharusnya kecil. “
Oke, ini kisah nyata. Jadi awalnya begini, ada seorang wanita sebut saja namanya Lida. Si Lida ini adalah manusia yang memiliki rasa cemas dan kekhawatiran dengan tingkat level tertinggi. Jika ada sedikit saja suatu hal yang menurutnya tidak beres maka Lida akan berubah panik. Amat panik. Sangat panik. Sepertinya super panik. Dan cenderung berlebihan!!!!
Hari itu (Kamis, 6 januari 2010) saya sedang mengerjakan UAS Komputer Akuntansi bersama Mr.DS . Suasana ketika itu cukup menegangkan. Lampu sedikit remang. Suasana begitu serius. Mencekam. Saya duduk bersama teman saya, sebut saja Ranti. Oh well, so far so good hingga akhirnya tragedi robekan itu terjadi.
“ Ran itu tuh other payment “
“ Gak ah, kata ica itu general ledger. Masa jelas-jelas bunga bank tapi malah pendapatan jasa? “
“ Ihh tapi emang disitu, ini sama kaya soal uas yang kemaren ran. Jadi emang other payment terus account nya pendapatan jasa”
“ Hmmm”
Tiba-tiba Mr. DS beranjak dari tempat duduk nya. Menghampiri si Lida dan si Ranti. Mencoret kertas ujian kami sambil berkata..
“ Kalian tidak usah ikut uas “
Oh-Damn-Sekali
Kembalilah dia di singgasananya sambil mengoprek-oprek laptop. Entah apa yang dia kerjakan saat itu. Apakah sedang menggambar di paint? Entahlah.
Dan saya? Lemas di kursi pesakitan. Padahal saya sudah selesai pak. Sudah selesai! Semua terlihat sia-sia. Akhirnya saya bereskan laptop dan kabel charger yang masih menempel. Sambil berjalan lesu menghampiri Mr.DS. Tiba-tiba….
“ Brekkkkkkkk “
Kertas itu. Yang saya kerjakan secara susah payah. Di robek, pemirsa! Di depan mata saya.
Oh-Damn-Sekali
Keluarlah saya dari ruangan itu. Duduk lemas di lantai. Ica menghampiri saya. Memberikan support agar saya bersabar. Adi dan Ranti keluar. Ternyata kertas mereka pun di robek oleh Mr. DS. Adi pun sama ternyata. Kami pun sepakat untuk menghadap Mr. DS setelah makan siang.
Sampailah kami di Pujas. Padahal saya senang sekali dengan Ayam macaroni pedas. Tapi entahlah, untuk hari itu tak selera. Setelah makan kami mulai mencari Mr.DS. Dia tidak ada. Sepertinya ini pertanda alam bahwa kami jangan menghadap Mr.DS dulu. Mungkin emosinya masih meledak-ledak. Kami pun semakin tegang. Oh bukan, Saya. Mereka sih biasa saja. Heu sial. Rasanya ingin seperti mereka. Pulang nya kami mencari lagi Mr. DS. Dia memang pantas di nobatkan sebagai most wanted hari itu. Dan sialnya Mr.DS sudah pulang.Kami memutuskan untuk menemui nya hari senin. Dan saya harus menerima kenyataan bahwa jumat, sabtu, dan Minggu saya harus bergalau-galau ria memikirkan masalah ini. Pasti akan menyiksa batin dan ragawi saya.
Benar saja. Saya tidak bisa tidur. Malas makan. Saya tidak tenang. Arrgh. Rasanya ingin segera berada di hari Senin. Pikiran ini sudah kemana-mana. Saya sudah menyiapkan kata-kata untuk memanuver amukan Mr.DS nantinya. Kalian tau? Saya hampir berpikiran jangan-jangan saya bakal di DO. Hahaha. Errr mengapa semua jadi terasa sangat lambaat. Perpindahan dari jumat ke sabtu lalu ke minggu seperti pergantian tahun dari zaman batu ke zaman millennium. Lamaaa sekali. Oh Tuuhaaan tolonglah hambamu yang tak berdaya ini.
Satu malam sebelum hari senin tiba saya benar-benar gelisah. Ohh errr, I hate Sunday because tomorrow is Monday. Yeaaah akhirnya senin itu tiba. Damn, today is the day!! Perjalanan dari rumah ke kampus begitu berat. Tapi saya meyakinkan diri saya sendiri untuk belajar menghadapi masalah. Oke, Lida bukan pecundang. Jadi apapun yang terjadi harus saya hadapi. Oke. Oke. Saya makin mantap. Berjalan menuju kampus penuh semangat. Sambil meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Setelah ini semuanya akan kembali normal. Ayo Lida. Hadapi.
Ini lah saatnya…
Kami bertiga menaiki tangga menuju ruang dosen. Ya Allah mengapa dada ini begitu berdegup kencang. Perjalan yang kami tempuh mengapa menjadi sangat jauuuuuuh. Sepertinya ada yang bernyanyi seperti ini di telinga ku..
“ Ribuuuaaan kiloooo jalan yaaannngg kaaauuu temppuuuhh “
….
This is it. Ruangan dimana Mr.DS berada. Perlahan lahan kami melangkah menuju ruangan persegi empat di ujung situ. Suasana ketika itu berubah menjadi kelabu. Tiba-tiba kanan kiri saya berubah menjadi kuburan. Kelelawar beterbangan. Kau harus tau bagaimana rasanya menjadi saya saat itu. Arrgh entahlaah. Semrawut cuy.
“ Ada apa mei “
“ Ini pak saya, ranti, dan adi mau minta maaf sama kejadian waktu uas yang kemaren”
“ Hmmm yang mana ya? Oh yang kamis ya? “
HAH ??!! BAGAIMANA MUNGKIN DIA BISA LUPA. PADAHAL SAYAA? SAYAA? BEGITU GALAU MEMIKIRKAN NYA.
(Sedikit sudah tenang) “ Iya pak.. Kita ga akan diskusi lagi pak kalau ujian.”
“ Iya bapak mah yang penting kalian jujur. Da Bapak mah ga susah ngasih nilai. Da yang penting mah jujur aja jangan diskusi. Yaudah kamis ini kalian ikut perbaikan “
“ Terimakasih pak “
Pergilah kami keluar dari ruangan itu. Rasanya beban di pundak ini menghilang. Oh Tuhan terimakasih. Ternyata hanya begitu saja?? Ya walaupun hanya begitu saja tapi kejadian hari itu memberikan banyak pelajaran buat saya dalam menghadapi masalah kedepannya. Untuk tidak terlalu berlebihan. Terimakasih Mr. DR
Mengutip tweet @upirock ( sutradara Radit dan Jani, 30 Hari mencari cinta, dan Realita Cinta dan Rock and Roll ),
Hidup itu seperti KOMEDI. Sesuatu yg awalnya kita khawatirkan biasanya akan kita tertawakan di kemudian hari
Hahahahahahahahahaha. Mari tertawa :D
Mailida,Jan 2011
Comments
Post a Comment