Perkenalkan nama saya Bule. Tapi saya jauh sekali dari perawakan orang-orang bule. Saya hitam, pendek,tidak bisa berbicara bahasa inggris, ingusan pula. Saya miskin. Hanya pedagang asongan. Tak laku. Malang benar nasib saya. Tapi jangan mengkasihani saya. Yang seharusnya dikasihani itu Anda, yang memiliki segalanya nya tapi tak pandai bersyukur.
Hari ini sudah waktunya pergi ke kantor. Saya ambil seragam kebanggaan saya. Sambil menaiki kendaraan pribadi, saya siap untuk bekerja. Ya, kantor saya adalah jalanan. Baju seragam saya adalah kemeja biru lusuh dengan celana jeans pendek robek-robek. Dan kau tau apa kendaraan pribadi saya? Kaki.
Malam ini adalah malam tahun baru. Buat saya sih ini malam yang biasa saja. Saya sudah sering melihat kembang api. Bapak saya kan tukang las. Mau lihat kembang api, lihat saja bapak bekerja. Hehe. Ternyata dagang disini kurang laku. Saya kembali melanjutkan perjalanan. Sambil berteriak-teriak “ Aaa.. Roko aa.. Roko aa.. “ . Brrr. Dingin juga Bandung malam ini.
Mau saya kasih tau rahasia ga? Sebenarnya saya tidak suka berjualan rokok. Kasihan sama yang beli, sama saja seperti saya membunuh mereka perlahan-lahan. Tapi bagaimana lagi, ini ladang uang saya. Kadang-kadang saya bersyukur jika dagangan saya tidak laku. Setidaknya saya sudah menyelamatkan nyawa beberapa orang.
Ah baiklah, khusus untuk malam tahun baru saya tidak akan berjualan rokok. Tak apalah saya tidak makan. Sudah biasa. Lalu saya memutuskan untuk bejalan-jalan di sekitar pusat kota saja. Melihat kerumunan orang. Duduk di trotoar diterangi lampu-lampu jalanan. Menengadah keatas melihat kembang api yang sebenarnya. Indah betul. Tiba-tiba ada seorang bapak yang menghampiri saya.
“ Jang, samsu sebungkus” . Bapak itu ingin membeli rokok. Saya bimbang. Saya kan sudah bertekad tidak berjualan rokok hari ini.
“ Punten pak, ga di jual. “ Bapak itu keheranan. Ya pastilah. Mana ada tukang jualan yang dengan tegas tidak menjual barang dagangan nya.
“ Jualan rokok tapi rokok nya ga dijual. Mau makan ga sih kamu?? “.Bapak itu membentak saya. Saya makin bimbang. Apakah saya harus mencari uang demi sesuap nasi atau mempertahankan idealisme demi kata hati? Ah tapi saya sudah janji terhadap diri sendiri.Tidak boleh. Saya harus konsisten.Hmmm ternyata menepati janji terhadap diri sendiri itu memang sulit.
“ Maaf pak, tapi saya sudah janji terhadap diri saya sendiri kalau hari ini tidak akan berjualan rokok. Lagian tidak baik untuk kesehatan pak. Saya ingin menyelamatkan nyawa bapak. Maaf pak”. Kata saya sambil menutupi rokok-rokok itu dengan jaket. Saya tidak ingin ada yang membeli nya lagi.
“ Orang kecil aja sok pinter. Sudah lah saya cari di tempat lain saja!! ”
Saya tersenyum. Tak apalah. Setidaknya saya sudah menyelamatkan nyawa bapak itu. Saya jadi makin bertekad untuk tidak berjualan rokok selamanya. Saya cari saja barang dagangan lain untuk dijual. Gampang kan? Ternyata berbuat baik itu membuat saya senang. Lebih menyenangkan daripada perut kenyang.
Selamat Tahun Baru.
Mailida, Jan 2011
Comments
Post a Comment