Skip to main content

My Library

Kalian tau Hermione? Itu loh pemeran penyihir wanita yang ada di Film Harry Potter. Hermione adalah gadis pintar yang senang membaca buku. Walaupun dia termasuk jenis “darah lumpur”, tapi dia di izinkan bersekolah di Hogwarts. Hermione selalu menyelesaikan masalahnya dengan membaca buku. Dia pun pernah menciptakan ramuan dari membaca buku. Jadi tak heran jika tempat favorite nya adalah Perpustakaan.

Untuk seseorang yang senang membaca buku, Perpustakaan pasti menjadi tempat yang paling menyenangkan. Sama saja seperti seorang pesepak bola yang senang bertemu lapangan. Atau Atlet renang yang bertemu air. Akan selalu ada hubungan tarik menarik antara objek yang disukai dan subjek yang menyukai.

Kita cenderung mendekati apa yang kita suka, dan menjauhi apa yang tidak kita suka. Tak mungkin kau akan melihat anak g4uL dunia gemerlap sedang asik membaca buku di perpustakaan. Kecuali jika dia membaca buku tentang bagaimana cara berdansa yang mutakhir.

Haha tak bisa kubayangkan jika si anak g4uL dunia gemerlap tersebut masuk ke dalam perpustakaan yang hening, sepi, dan menenangkan. Pasti sangat berbeda dengan suasana club malam yang ramai dan penuh dengan banyak orang. Kau tidak akan menemukan gadis-gadis berlipstik tebal yang memakai rok super pendek disini. Taruhan, jika itu benar-benar terjadi, keberadaannya seperti tahun kabisat. Empat tahun sekali.

Mengapa perpustakaan sangat menyenangkan? Mengapa ya? Entahlah, tapi lantainya yang dingin, sudut-sudut gelap nya yang misterius, dan wangi kertas usang nya yang telah berdebu membuat saya betah di dalam sana. Tiba-tiba ingin rasanya bekerja sebagai penjaga perpustakaan. Menjaga buku sambil mencur-curi waktu membaca nya. Jika pemilik perpustakaan memergoki ku, maka aku akan segera mengembalikan buku tersebut ke dalam rak nya dan pura-pura sedang melanjutkan pekerjaan ku membersihkan buku.

Saya jadi ingat kejadian yang sering saya alami jika sedang berada di sebuah toko buku sebut saja Gramedia. Ada sensasi tersendiri ketika kita membuka buku yang sudah di plastiki lalu membacanya sambil bersembunyi. Hingga seseorang bertubuh tegap, ya sebut saja Bapak Asep, ya sebut saja dia Satpam, menegurmu seperti ini “ Maaf mba tidak boleh duduk dilantai “ .Alhasil yang bisa kulakukan hanya menyengir kuda :D -------- HEH, SIAPA SURUH HARGA BUKU BEGITU MAHAL ? Jadi saja aku harus membaca gratis secara ilegal di lantai. Huffffffftttt. Malu? Ya. Tapi tak apa, isi buku itu sudah ku rekam di otak ku. Jadi pencurian ilmu yang kulakukan tak akan terdeteksi alat sensor di depan. Lalalalala. Aman.

Aku doakan semoga bapak Asep memiliki pekerjaan lain, menjadi pengusaha matrial misalnya. Jadi aku tak akan malu jika kembali kesana. Hehehe

Jika aku menjadi orang kaya, aku akan membuat ruang bawah tanah berisi ribuan buku. Akan ada kursi besar berlapis emas sebagai singgasana ku kelak. Lalu di bawah sana akan ada puluhan goblin yang akan melayani ku. Seperti mengambilkan buku untuk ku atau membuka kan halaman buku yang sedang aku baca. Untuk masuk ke dalam nya harus memakai kode rahasia. H-E-R-M-I-O-N-E, itu lah kode rahasia nya.

Hmm oke baiklah, menurut ku ini sudah bukan lagi rahasia.

Comments

Popular posts from this blog

Trip to Ujung Genteng

Tanggal 25, 26, 27 Januari kemaren, saya dan segerombolan anak kelas beserta beberapa pacar-pacar nya liburan ke Ujung Genteng. Asik bangeeettt!!!! \:D/ Whoaa akhirnyaaa kita berangkat juga. Kalau inget perjuangan H-3 sebelum keberangkatan, beuuh jangar. Migren kepala guee. Emang bener nih kata pepatah, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Sebelum keberangkatan, adaaa aja hambatannya. Mulai dari mobil yang kurang, kuota overload, gak nemu penginapan murah, nyampe kekhawatiran tentang cuaca yang lagi gak baguus. Perjalanan ke ujung genteng ini cuma ngabisin duit 115.000 per orang loh. Murah tapi bukan trip murahan. Haha. Jadi sebelum berangkat, saya kumpulin iuran wajib kami sebesar 115.000 per orang. Jadi buat pembayaran bensin, makan, dan penginapan, tinggal ambil dari uang kas yang disimpin di saya. Kita berangkat dengan 3 mobil. Mobil ijal, mobil ranti, dan mobil adri. Yang ikut ada 23 orang (saya,ranti,suhe, ica,oci, adi,adri,awal,opik,janu,ita,ijal,puji,ham...

Flashback

If you carry your childhood with you, you never become older Tom Stoppard Udah lama banget deh pengen nulis tentang masa SD saya di SALMAN, tapi selalu aja gak sempet dan gak ada waktu. Males sih sebenernya. Hahaha . Mangkanya mumpung gak males, saya pengen cerita deh Masa SD saya yang super menyena ngkan. And the story begin..... EX-CALIBUR Dulu pas zaman SD saya punya dua geng. Geng pertama namanya excalibur, anggotanya Saya, Putri , Kania , Hamdan , Bajay , Rian . Sayangnya kita bukan geng anak manis. Yah bisa dibilang partner in crime lah. Kita punya markas di bawah bunga bougenvil di deket pintu masuk sekolah. Gila ya how small nya kita dulu ampe cukup duduk ber 6 di bawah ta naman bougenvil. Disana kita sering rapat. Dan kalian tau apa yang kita rapatin? Ini nih topik rapat kita. " Dimana lagi ya markas kita selanjutnya? " Setelah mendapatkan conclusion dari rapat tersebut, akhirnya kita pindah markas. Setelah markas baru sudah di tentukan, kita rapat lagi un...

Pesan Moral Manusia ½ salmon

Beberapa menit yang lalu saya baru aja selesai baca buku nya raditya dika yang baru yang judulnya manusia setengah salmon. Awalnya agak sinis ama isi buku ini. Saya pikir, “Ah paling buku humor guyonan biasa aja. Ala raditya dika aja lah gimana. Lumayan lah buat cekakak cekikik. Itung-itung hiburan.” Saya pun sempet nyesel sebelum membaca buku itu secara keseluruhan. Tau gitu beli buku lain yang lebih bermutu. Yang lebih berat. Yang kontennya ‘lebih pintar’. Pikir saya. Ibu saya pun sempet nanya pas saya mau bayar ke kasir. “ Jadinya beli buku itu? Ngasih manfaat gak?” Di dalem hati saya menjawab. Let me see. Setelah beberapa hari buku itu terbengkalai, akhirnya saya baca juga ampe selesai. Emang sih banyak banget cerita yang bikin saya cekakak cekikik ampe ketawa-ketawa sendiri. Ok, it’s so raditya dika. Saya gak kaget. Hingga akhirnya saya berada di chapter terakhir buku ini. Chapter yang bikin saya mengemukakan pertanyaan monolog di otak saya. Is that you, raditya dika...