Skip to main content

I really like reading, and He is like library

Pernah gak kalian mengidolakan seorang Artis? Pasti pernah lah ya. Misalkan kalian mengidolakan seorang Artis karena karya-karya nya, kepribadian nya, dan segala hal yang dia perbuat. Padahal kalian tidak mengenal Artis tersebut, apalagi bertemu ataupun berkomunikasi dengan nya. Tapi kalian tetap mengidolakan nya kan? Menunggu setiap karya-karyanya. Seperti ada ikatan batin antara engkau dan karya-karya nya. Ingat, padahal belum pernah bertemu dan berkomunikasi secara langsung dengan Artis tersebut loh. Ko bisa? Aneh ya.

Nah keanehan ini yang saya rasakan sekarang. Saya mengagumi karya seseorang. Yang membuat saya pun mengagumi kepribadian orang tersebut. Padahal saya yakin orang itu mungkin tidak mengenal saya, saya pun tidak terlalu mengenal orang tersebut. Namun hanya karya-karya nya saja sudah membuat saya mengagumi orang ini. Aneh kan?

Cerdas, berwawasan, bijaksana, minoritas, mature, religius, kreatif, imajinasi tinggi, talk less,unik, sedikit aneh, dan down-to-earth. Teman saya menambahkan katanya orang ini konsisten dan selalu tau apa yang dia mau. Itulah point point yang membuat si “Art-ist” ini berbeda. Sosok nya pun terkesan dingin dan misterius. Hehe mungkin saya sok tau menilai orang ini. Tapi yang saya tangkep sih seperti itu.

I think personality is more interesting than anything.And i really like nice people who make cool act. Buat saya kepribadian yang tidak biasa memberikan nilai tambah terhadap seseorang. Yang ganteng? Banyaaak. Yang Macho? Juga banyaaak. Yang keren? Apalagi. Yang Tajir? Pabalatak. Yang seperti ini? Langka.

Intinya saya hanya mengagumi. Tidak salah kan? :)

Mailida

Dec,2010

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Trip to Ujung Genteng

Tanggal 25, 26, 27 Januari kemaren, saya dan segerombolan anak kelas beserta beberapa pacar-pacar nya liburan ke Ujung Genteng. Asik bangeeettt!!!! \:D/ Whoaa akhirnyaaa kita berangkat juga. Kalau inget perjuangan H-3 sebelum keberangkatan, beuuh jangar. Migren kepala guee. Emang bener nih kata pepatah, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Sebelum keberangkatan, adaaa aja hambatannya. Mulai dari mobil yang kurang, kuota overload, gak nemu penginapan murah, nyampe kekhawatiran tentang cuaca yang lagi gak baguus. Perjalanan ke ujung genteng ini cuma ngabisin duit 115.000 per orang loh. Murah tapi bukan trip murahan. Haha. Jadi sebelum berangkat, saya kumpulin iuran wajib kami sebesar 115.000 per orang. Jadi buat pembayaran bensin, makan, dan penginapan, tinggal ambil dari uang kas yang disimpin di saya. Kita berangkat dengan 3 mobil. Mobil ijal, mobil ranti, dan mobil adri. Yang ikut ada 23 orang (saya,ranti,suhe, ica,oci, adi,adri,awal,opik,janu,ita,ijal,puji,ham...

Silencioso

Aku merasa canggung. Ku sibukkan diriku mencari kertas dan alat tulis yang berada di dalam tas. Berkali-kali aku bersandiwara menyeruput minuman kaleng yang sebenarnya sudah habis ku minum. Aku berpura-pura sibuk. Membuat berbagai coretan di atas kertas dengan pena. Tak jelas apa yang ku tulis, aku hanya sedang menunggu lelaki di depan ku ini mengutarakan sesuatu. Ku lihat dia sibuk mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Entah apa yang diambilnya, aku mencoba memperhatikan secara seksama. Wanita di depan ku tampak sedang kehausan, berkali-kali aku melihatnya menyeruput minuman kaleng yang tak kunjung habis. Sekarang dia sedang menuliskan sesuatu. Aku ingin bicara, tapi aku malu. Biarlah dia yang memulai pembicaraan. Satu per satu daun mulai berguguran sebagai pertanda kesunyian. Suara bising di sekitar tak mereka hiraukan. Lelaki dan perempuan ini masih terdiam. Saling mencuri pandang bergantian tak berani saling menatap. Lebih baik aku yang memulai...

Pesan Moral Manusia ½ salmon

Beberapa menit yang lalu saya baru aja selesai baca buku nya raditya dika yang baru yang judulnya manusia setengah salmon. Awalnya agak sinis ama isi buku ini. Saya pikir, “Ah paling buku humor guyonan biasa aja. Ala raditya dika aja lah gimana. Lumayan lah buat cekakak cekikik. Itung-itung hiburan.” Saya pun sempet nyesel sebelum membaca buku itu secara keseluruhan. Tau gitu beli buku lain yang lebih bermutu. Yang lebih berat. Yang kontennya ‘lebih pintar’. Pikir saya. Ibu saya pun sempet nanya pas saya mau bayar ke kasir. “ Jadinya beli buku itu? Ngasih manfaat gak?” Di dalem hati saya menjawab. Let me see. Setelah beberapa hari buku itu terbengkalai, akhirnya saya baca juga ampe selesai. Emang sih banyak banget cerita yang bikin saya cekakak cekikik ampe ketawa-ketawa sendiri. Ok, it’s so raditya dika. Saya gak kaget. Hingga akhirnya saya berada di chapter terakhir buku ini. Chapter yang bikin saya mengemukakan pertanyaan monolog di otak saya. Is that you, raditya dika...