Berlarilah dia ke dalam persembunyiannya. Sendu memang di dalam sana, tapi Sadira menyukai nya. Rumah pohon itu dia beri nama Kemuning. Kecil, Mungil, dan Hening. Kemuning adalah tempat dimana dia bisa berdiam diri dan tak ada yang mengusik nya. Sadira tidak menyukai keramaian, dia senang menyendiri dan berteman dengan alam.
Sadira merebahkan badan nya di dalam Kemuning. Tak pernah dia merasakan hawa sehangat dan senyaman ini. Sambil berkhayal, Sadira menerawangkan pikiran nya hingga membuat dia tertawa dan tersenyum sendiri. Jika kau belah otak nya, kau akan menemukan ratusan lembar mimpi dan imajinasi yang tak terbendung. Sadira memang senang berkhayal. Khayalan membuat nya bisa menjadi segala hal yang dia inginkan. Dia pernah mejadi puteri awan, peri senja, hingga ratu embun. Walaupun hanya khayalan. Ya pastilah itu hanya khayalan. Ini dunia nyata, bukan negeri dongeng.
Dunia nyata Sadira tak semenarik dunia khayal nya. Sadira benci bersekolah,Sadira benci harus selalu sarapan, Sadira benci mengerjakan PR nya. Dia harap Peri Tumbelina membantu mengerjakan tugas nya. Namun Peri Tumbelina hanya ada di dalam Kemuning. Dia tidak akan muncul di sekolah atau rumah nya. Sial.
Sambil memutar kotak musik nya, Sadira mengamati Kemuning yang sudah mulai rentan. Dia merasa kemuning nya mulai mengecil. Bukan. Sadira si tubuh kecil lah yang kini sudah beranjak besar. Tangan nya pun sudah bisa menyentuh atap langit Kemuning. Dia baru menyadari bahwa dia telah bertambah dewasa. Jerawat sudah tumbuh di pipi kanan dan kiri nya. Ada sesuatu yang menonjol di bagian dada nya. Dan dia pun akan mulai jatuh cinta.
Jatuh cinta. Jatuh karena Cinta. Sadira benci menjadi dewasa, karena harus merasakan yang namanya jatuh cinta. Dia mulai merindukan masa-masa bersama Puteri awan, peri senja, dan ratu embun. Dimana semua nya menjadi lebih menyenangkan. Apa ku bilang, menjadi dewasa itu tak enak. Itu yang selalu Sadira katakan kepada kupu-kupu yang setiap sore selalu hinggap di rotan kemuning nya. Wahai kupu-kupu tidak kah kau ingin kembali menjadi kepompong? Tidak kah kau letih harus selalu berkejaran dengan manusia yang ingin menangkapmu?
Sadira mulai sadar, ternyata pangeran berkuda putih itu tidak pernah ada. Ternyata panglima kerajaan yang akan melindungi nya dari serangan musuh pun tak akan ada. Yang ada hanyalah pangeran pangeran tampan berhati setan. Sadira termakan khayalan nya. Dia baru menyadari bahwa dia telah dewasa. Menyadari bahwa khayalan nya tak nyata.
Sadira benar-benar tak ingin dewasa,
Sebab menjadi dewasa mengharuskan nya untuk........
jatuh karena cinta.
Comments
Post a Comment