Skip to main content

Tidur Season 5

Kalo umur kita maksimal 60 tahun, 15 tahun hidup kita cuman buat tidur looh. Rugi juga ya? *via kaskus

Kenapa ya orang-orang hobby tidur?

Sebenernya tidur itu melarikan diri dari dunia nyata. Kita lebih senang bermimpi dan berangan angan ketimbang menghadapi dunia nyata. Karena ketika kita tidur kita bisa bebas bermimpi menjadi ratu dengan harta berlimpah. Tidur diselimuti berlian, gigi berlapis emas, makanan pun diisi mutiara biar kejutan. Tapi kenyataannya tidak kan?

Kadang-kadang ketika kita tidur mimpi yang muncul pun absurd banget. Ya si A tiba tiba ada, ya si B tiba-tiba jadi tukang sate, ya apapun lah pokoknya. Saya pernah baca di suatu artikel ternyata orang orang yang muncul saat kita tidur adalah orang yang kangen sama kita. Ha? Saya pernah mimpi in SBY, lah masa iya si doi kangen saya? Kayaknya artikel ini aliran sesat. Salah besar,bung!

Oke kita abaikan saja si SBY. Tidur itu sebenernya solusi terbaik! Pernah denger ga bahasa anak-anak cowo yang kaya gini “geus moal baleg,sarekeun we” . walaupun itu hanya kata-kata becandaan, tapi ada benernya juga loh. Daripada kita pusing mikirin sesuatu yang ga jelas, bikin migrant kambuh, mending tidur. Aman. Damai. Pas bangun kita berharap mengalami amnesia 2 detik sehingga kita sedikit lupa ingatan atas masalah kita. Hehe .

Ah tapi terlalu banyak tidur jadi terlalu banyak bermimpi. Karena terlalu banyak bermimpi, lupa akan menghadapi dunia nyata. Jangan terlalu banyak tidur, jangan bersembunyi di balik bantal. Dunia nyata lebih menarik ketimbang dunia mimpi yang abstrak.

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz….

Ups! Maaf ngantuk haha.bye bye

Bandung 2010,

23:24 sambil meneguk tiga gelas air.

Comments

Popular posts from this blog

Trip to Ujung Genteng

Tanggal 25, 26, 27 Januari kemaren, saya dan segerombolan anak kelas beserta beberapa pacar-pacar nya liburan ke Ujung Genteng. Asik bangeeettt!!!! \:D/ Whoaa akhirnyaaa kita berangkat juga. Kalau inget perjuangan H-3 sebelum keberangkatan, beuuh jangar. Migren kepala guee. Emang bener nih kata pepatah, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Sebelum keberangkatan, adaaa aja hambatannya. Mulai dari mobil yang kurang, kuota overload, gak nemu penginapan murah, nyampe kekhawatiran tentang cuaca yang lagi gak baguus. Perjalanan ke ujung genteng ini cuma ngabisin duit 115.000 per orang loh. Murah tapi bukan trip murahan. Haha. Jadi sebelum berangkat, saya kumpulin iuran wajib kami sebesar 115.000 per orang. Jadi buat pembayaran bensin, makan, dan penginapan, tinggal ambil dari uang kas yang disimpin di saya. Kita berangkat dengan 3 mobil. Mobil ijal, mobil ranti, dan mobil adri. Yang ikut ada 23 orang (saya,ranti,suhe, ica,oci, adi,adri,awal,opik,janu,ita,ijal,puji,ham...

Silencioso

Aku merasa canggung. Ku sibukkan diriku mencari kertas dan alat tulis yang berada di dalam tas. Berkali-kali aku bersandiwara menyeruput minuman kaleng yang sebenarnya sudah habis ku minum. Aku berpura-pura sibuk. Membuat berbagai coretan di atas kertas dengan pena. Tak jelas apa yang ku tulis, aku hanya sedang menunggu lelaki di depan ku ini mengutarakan sesuatu. Ku lihat dia sibuk mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Entah apa yang diambilnya, aku mencoba memperhatikan secara seksama. Wanita di depan ku tampak sedang kehausan, berkali-kali aku melihatnya menyeruput minuman kaleng yang tak kunjung habis. Sekarang dia sedang menuliskan sesuatu. Aku ingin bicara, tapi aku malu. Biarlah dia yang memulai pembicaraan. Satu per satu daun mulai berguguran sebagai pertanda kesunyian. Suara bising di sekitar tak mereka hiraukan. Lelaki dan perempuan ini masih terdiam. Saling mencuri pandang bergantian tak berani saling menatap. Lebih baik aku yang memulai...

Pesan Moral Manusia ½ salmon

Beberapa menit yang lalu saya baru aja selesai baca buku nya raditya dika yang baru yang judulnya manusia setengah salmon. Awalnya agak sinis ama isi buku ini. Saya pikir, “Ah paling buku humor guyonan biasa aja. Ala raditya dika aja lah gimana. Lumayan lah buat cekakak cekikik. Itung-itung hiburan.” Saya pun sempet nyesel sebelum membaca buku itu secara keseluruhan. Tau gitu beli buku lain yang lebih bermutu. Yang lebih berat. Yang kontennya ‘lebih pintar’. Pikir saya. Ibu saya pun sempet nanya pas saya mau bayar ke kasir. “ Jadinya beli buku itu? Ngasih manfaat gak?” Di dalem hati saya menjawab. Let me see. Setelah beberapa hari buku itu terbengkalai, akhirnya saya baca juga ampe selesai. Emang sih banyak banget cerita yang bikin saya cekakak cekikik ampe ketawa-ketawa sendiri. Ok, it’s so raditya dika. Saya gak kaget. Hingga akhirnya saya berada di chapter terakhir buku ini. Chapter yang bikin saya mengemukakan pertanyaan monolog di otak saya. Is that you, raditya dika...