Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2011

Jika aku menjadi, diri sendiri.

Menjadi seseorang dengan sisi yang lain untuk kepentingan orang lain. Menjadi seseorang yang diharuskan sama, karena takut berbeda. Menjadi mayoritas dan meninggalkan minoritas Coba tanya dalam hati, apakah itu yang memang benar kamu inginkan? Saya tahu hati mu berkata lain. Faktanya kita memang harus menjadi orang lain dulu hingga akhirnya kembali menjadi diri sendiri. Tapi jika kamu bisa bertahan idealis tanpa terpengaruh untuk menjadi orang lain, beritahu saya. Terkadang berubah menjadi orang lain adalah jalan terakhir dan paling menyakitkan untuk bisa kembali menjadi diri sendiri . (Saya pun dalam tahap belajar) Tidak percaya? Upi. Sutradara Radit dan Jani, 30 Hari mencari cinta, dan Realita Cinta Rock and roll adalah seorang sutradara wanita yang sangat idealis. Dia termasuk orang yang tidak memperdulikan apa kata orang. Beginilah saya. Gak suka? Minggir. Mungkin itu jargon hidup nya. Dia termasuk wanita hebat yang memiliki ide brilian. Brilian untuk siapa? Untu...

Pujian mematikan

Pujian. Siapa yang tidak senang mendapatkan pujian? Saya . Terkadang pujian itu seperti mata pisau, bisa menyelamatkan atau bisa mematikan. Dan pujian untuk saya memberikan dampak yang kedua. Mematikan. Ya betul, pujian membuat saya sempat merasa apa yang saya lakukan sudah cukup bagus, cukup hebat, dan dengan sukses membuat saya cukup sombong. Cuiih . Seharusnya saya tidak di beri pujian, saya takut menjadi seseorang yang cepat merasa puas. Saya harus lebih dalam lagi menanamkan teori “ diatas langit masih ada langit” dalam otak saya. Saya ingin terus merasa kurang, agar selalu menambah. Orang yang sudah kekenyangan akan berhenti makan. Sementara saya sangat senang makan. Bagaimana caranya agar saya tidak pernah merasa kenyang? Jangan menyodorkan banyak makanan. Sedikit saja, agar saya selalu merasa lapar dan terus mencari makan. Mailida, Jan 2011

Anak Adopsi

#True Story Dulu ada seseorang bernama Bi Aat yang bekerja di rumah saya. Suaminya saya panggil Om Agus. Bi Aat dan Om Agus memiliki tiga orang anak. Tapi anak ketiga mereka di serahkan kepada orang lain. Mengapa? Bukan karena mereka tak sayang, tapi mereka takut tidak mampu membiayainya. Anak kedua mereka lumpuh. Dan belum bisa bicara. Kemana mana harus bersama ibunya. Biaya berobatnya begitu mahal. Mereka tidak bisa membayangkan jika anak ketiga mereka harus hidup dengan kesulitan ekonomi yang mereka rasakan sekarang. Anak adalah kehendak Tuhan. Masalah rezeki pasti sudah diatur oleh yang diatas. Tidak perlu takut. Ya betul, tidak-perlu-takut . Saya beri bold line dan underline agar memperjelas. Saya pernah liat tukang remote yang berteriak-teriak menjajakan dagangan nya pada malam hari, ketika itu kalau tidak salah sudah jam sebelas malam. Berjualan remote jam sebelas malam? Tidak kah itu konyol? Saya pun mengkhawatirkan rezekinya. Tapi ya itu, rezeki sudah ada yang mengatu...